Post Top Ad

Pengikut

Kamis, 13 April 2017


Assalamu'alaikum, Move On!


Aku tidak pernah menyangka kenal dengan orang seperti dia. Berawal dari pertemuan di sebuah organisasi di kampus, mungkin itulah awal dari perkenalan kita. Walaupun pada dasarnya kita adalah sama-sama orang yang kaku ketika berpapasan sekalipun. Karna selain dia memang pendiam, aku juga terlalu malu untuk dekat dengan lawan jenisku dikampus. Selain memang waktu itu dia juga punya kekasih, aku hanya menganggapnya sebagai senior biasa seperti yang lainnya, meskipun ada sedikit rasa kagum dalam diriku, karna kedalaman ilmunya dalam bidang agama yang membuatku geleng-geleng kepala ketika nimbrung diskusi dengannya.
Entahlah, dari manakah awalnya kita bisa sangat akrab. Yang ku ingat, waktu itu memang sering berdiskusi di jejaring social, seperti melalui sms, fb, dan yang lainnya. Ada banyak hal yang dapatkan selama bersamanya tentang pengetahuan-pengetahuan baru yang tidak aku pahami dan informasi organisasiku ketika misalnya aku telat atau mungkin tak bisa hadir dalam setiap pertemuan penting. Aku merasa ada kenyamanan bersamanya, hal itu emakin kurasakan ketika aku semakin tak mampu memandangnya sebentarpun saat berjumpa. Dan aku rasa dia juga mengalami hal yang sama sepertiku, ku akui ketika aku telat membalas sms-nya, terlintas ada rasa khawatir padanya. Oh aku sama sekali tidak mengerti sebenarnya. Padahal yang ku tau, saat itu dia masih milik mbak vika, kekasihnya. Dan hatiku milik orang lain, yang memang kebetulan sama sekali tidak menghargaiku waktu itu.
Oh iya, aku lupa mengenalkan siapa dia. Namanya anas herdian, aku sering memanggilnya kak anas. Walaupun namanya tiba-tiba saja kuubah, saat dia memanggilku dengan sebutan “bawel”. Dan dia ku panggil “jelek”. Yah walaupun itu hanya sebutan kita berdua. Memang tak ada yang tahu kedekatan kita, karna memang hanya di jejaring social saja komunikasi akrab itu berlangsung.
Ada banyak hal yang tidak dapat aku sangka darinya, ternyata dia juga humoris. Walaupun memang sangat introvert, tapi welcome saja padaku. Katakanlah, saling terbuka, begitu. Entah kenapa, dia tiba-tiba selalu mau tau tentangku. Tak jarang aku juga sering berbagi banyak hal padanya, termasuk hal yang tak begitu penting sekalipun. Aku mempercainya, dan begitupun dia juga tak pernah canggung untuk bercerita banyak hal padaku tentang pribadinya bahkan masa lalunya, dan ternyata yang baru ku sadari mbak vika telah menjadi masa lalu baginya. Entah apa yang membuat mereka mengakhiri hubungannya, yang pasti aku tak terlalu memaksa dia untuk menceritakan semuanya padaku termasuk hal yang menurutku tak pantas dan belum siap untuk di bagi denganku. Dia hanya mengatakan, masalah prinsip dan agama alasan mereka tak lagi menjadi sepasang kekasih seperti dahulu. Aku tak terlalu memperpanjang pertanyaanku dalam hal itu, karna menyadari juga bahwa tak harus kita tau semuanya tentang hati seseorang.
Di penghujung malam, aku masih bersama penantianku untuk menunggu hatiku yang pergi entah kemana. Penyakit rutinku tiba-tiba kumat, sesak nafas. sedang jam sudah menunjukkan lebih dari separuh malam. Sedikit iseng, ku tulis sebuah status di facebook untuk keadaanku malam itu yang tak dapat tidur karna nafasku yang seperti ingin di penggal. Dan tiba-tiba kak anas yang memang waktu itu juga tak tidur mungkin, menemani kesendirianku walaupun hanya sebatas chating di facebook, setidaknya aku sedikit melupakan sakitku dengan ditemaninya. Meski hanya sebatas mengurangi sakit. Suasana mengalir begitu saja, cerita banyak hal, dan sampai juga akhirnya aku menceritakan semua masa laluku yang tidak mengenakkan bagiku, hingga sebenarnya kambuhnya penyakitku malam itu, karna terlalu lamanya aku tak bisa melupakan hati yang tiba-tiba di tinggalkan tanpa alasan yang jelas. Dia seperti sandaran bagiku. Dia membiarkan aku menangis sejadinya padanya, dan itu jujur membuatku merasa lega dan nyaman, karna memang ku akui juga bahwa aku adalah tipe perempuan yang tak mudah berbagi pada orang lain. Ku tumpahkan segala sesakku dalam dada, tak berharap lain, selain memang tak ingin menyimpannya terlalu lama. Dan ku rasa sertidaknya dapat memberiku sedikit solusi atas sikapku itu.
Semalam suntuk tak pernah terasa kantuk. Ada hal lain yang ku rasakan dengannya setelah menceritakan semua masa laluku yang menyakitkan. Yaitu perasaan lega. Hingga tibalah pada waktu subuh yang mengharuskan aku untuk mengakhiri perbincangan kita karna kewajiban yang tak dapat di tinggalkan.
“terimakasih untuk malam ini kak, aku sedikit lega. Kakak juga jangan pernah sungkan untuk berbagi padaku, walaupun aku tak mampu memberikanmu solusi, setidaknya aku bisa menjadi pendengar yang baik untukmu..”
“tentu dek. Akupun merasa beruntung di percayaimu untuk di titipi tentang itu. Ku rasa posisimu sama denganku, walaupun beda kisah”
            “maksud kakak?, ceritalah.. aku pasti mendengarnya..” bujukku
            “dasar bawel! Shalat dulu gih.. nanti biar kakak ceritakan setelah shalat subuh..”
            “hem.. baiklah jelek!”
Ya, dengan terpaksa harus ku iyakan, walaupun rasa ingin tahuku benar memuncak. Namun apapun alasannya, shalat tak bisa di tawar dengan apapun. Karna yang ada di pikiranku, dia pasti akan menceritakan tentang kisahnya dengan mbak vika, dan kurasa memang kurang masuk akal jika masalah agama adalah alasan bagi bubarnya hubungan mereka. Toh, dia pandai dalam hal agama bukan? Bukankah akan semakin mudah untuk dia membantunya?. Ah, entahlah.. tuhan tak mengijinkan aku untuk berprasangka yang buruk pada orang.
Sepulang dari masjid, kurapikan kembali mukenaku setelah mengaji sebentar. Tak sabar rasanya ingin kembali bertukar cerita sama kak anas. Langsung ku buka hp-ku. Disana ada satu pesan di terima. Dan mulai kubaca,
“semoga apa yang akan aku katakan sekarang tidak akan membuatmu semakin sesak nafas. Dan saranku, jika memang hal itu akan terjadi, sebaiknya tak usah dibaca.” Pikiranku semakin bertambah penasaran. Ku lanjutkan membacanya,
“entahlah apa yang aku rasakan saat bersamamu. Namun hal itu memang harus ku akui bahwa aku merasa nyaman denganmu. Aku hanya menganggapnya sebagai ujian dari Allah, disaat aku ingin mendekatinya kembali. Dan aku tak ingin gagal untuk kedua kalinya dalam melewatinya seperti saat aku dengan masa laluku. Aku mencintaimu dek. Sungguh, mencintaimu. Aku tak peduli, hatimu untuk siapa saat ini. Dan kau tak perlu membalasnya, jika ini memang ujian dari tuhan. Memang terlalu singkat dan cepat untuk rasa itu, aku hanya ingin mencintaimu dengan sewajarnya jika tak bisa ku milikimu, dan tak berlebihan ketika aku dapat memilikimu”
Allahu akbar!, aku sungguh tak percaya dengan apa yang baru saja ku baca. Secepat itukah?, kok bisa?. Bermacam perasaan ku rasakan dalam hatiku. Semua hanya bisa ku kembalikan pada Allah, dia sebaik-baik pelindung. Bismillah, mulai ku tulis balasanku untuknya.
“segala puji bagi Allah, yang telah menciptakan berbagai perasaan. Menguasai hati manusia. Dan maha pemberi anugrah, berupa cinta yang luar biasa terhadap hambanya. Aku menghargai perasaanmu kak, karna menyadari bahwa setiap apapun yang terjadi pada makhluk Allah, tak pernah lepas dari segala dzat dan rencananya. Kembalikan saja padanya, aku tak berhak atas apapun. Semoga Allah merahmatimu dengan iman yang tebal, amien”
Sejak saat itu, kedekatanku dengannya semakin kental. Entah apa yang telah merekatkannya, namun seperti sudah kenal sangat lama dan begitu dekat. Walaupun hanya sebatas komunikasi dalam handpone saja. Dan harus ku sadari juga bahwa rasa nyaman itu memang telah berbuah menjadi rasa yang membuatku sulit untuk mengartikannya. Cinta, mungkin saja begitu. Panggilan “jelek” dan “bawel” memang telah menjadi panggilan yang membuatku semakin akrab saja dengannya. Bercerita banyak hal, bercanda, bahkan saling mengingatkan ketika tiba waktu shalat, untuk tetap istiqamah di awal waktu. Shalat duha dan tahajud bersama, walaupun, ya memang hanya sebatas mengingatkan dari Hp saja. Aku tak pernah melarangnya untuk menghubungi siapaun, termasuk wanita lain. Atau bahkan mbak vika, mantan kekasihnya. Karna bagiku, jika aku jujur dan terbuka padanya, tak mungkin dia akan berkhianat padaku. Semuanya kita serahkan pada Allah. Tak jarang ia selalu bercerita padaku, jika misalkan ada sms dari mbak vika atau kabar apapun darinya, ku suruh dia untuk tetapp menghormatinya sebagai orang yang pernah dicintainya. Bersikap baik dan tetap menghargai, lebih penting bagiku dari pada harus menghindar karna memang mbak vika masih terlalu sulit untuk melupakan kak anas.
Tak pernah ada cekcok antara kita, karna memang dia yang selalu mengerti dan bagi kita, sia-sia saja jika kita luangkan waktu hanya untuk beradu emosi. Semua mengalir dengan begitu saja. Aku merasa beruntung memilkinya, walau masih bukan utuh untukku, tapi aku menilai dia adalah laki-laki yang baik. Meskipun ia ceritakan semua apa yang pernah ia lakukan bersama mantannya terdahulu, namun bagiku, selagi hamba Allah akan bertobat dan tak akan mengulangi kesalahannya. Ku rasa tak bermasalah. Dan itu adalah sikap jujur yang tak semua orang dapat berterus terang kepada orang yang di cintainya walaupun menyakitkan.
Selalu saja ada yang membuatku merasa rindu dengannya, karna selain kita juga sering bercanda, ia juga tak jarang memperlakukanku dengan begitu terhormat dan romantis. Bahkan panggilan “jelek dan bawel” perlahan telah berubah menjadi panggilan “sayang”. Lagi-lagi, semua mengalir saja bersama rahmat Allah.
Jujur, memang sempat ku berniat untuk mengahafal ayat-ayat suci Allah. Dan insya Allah telah ku hafal dua juz. Namun sudah lama ku tinggalkan. Aku menceritakan hal itu padanya, dia menyayangkan jika aku tak lagi menambahnya. Semua hal memang harus terbuka, dia juga demikian. Ibadah sekecil apapun, niatnya hanya untuk mendorong dan saling memberikan motifasi satu sama lain dan tak pernah ada yang menganggap riya’.
Ramadhan sudah berlalu lebih dari separuh bulan. Aku melewatinya dengan semangat ibadah yang begitu luar biasa dengannya, pun dia juga begitu. Hanya untuk menguatkan di jalan Allah. Ku akui kesalehannya dalam beribadah kepada tuhan memang jauh lebih baik dariku. Ku berikan beberapa motifasi, jika ia tiba-tiba merasa tak percaya diri untuk melakukan suatu kebaikan.
“bangunlah sayangku, betapa besar rahmat Allah malam ini. Kau harus bangun untuk merasakannya juga. Aku begitu menikmati rahmatnya melalui bacaan Al-qur’anku yang begitu ku rasakan, Allah benar memelukku. Malam ini, adalah malam Allah menurunkan Al-qur’annya. Kau harus bangun untuk melanjutkan hafalanmu..”
Pesan itu membangunkanku dari tidurku, ku lirik jam menunjukkan pukul 01:25. Astagfirullah, aku tak ingin melewatinya. Langsung ku bangkit dari tidurku.
“terimakasih telah membangunkanku sayang. Bagaimana aku memulainya, sedang sudah lama ku tinggalkan Al-qur’anku? Aku begitu takut. Dan malu pada Allah” balasku dengan penuh ketakutan.
“sayang, tak ada yang terlambat bagi Allah. Dan ku rasa kau adalah orang pilihan Allah untuk menitipkan ayat-ayatnya dalam dadamu. Mulailah dengan pelan. Kau tak bisa menunda waktu lagi karna alasan takut. Aku bersamamu, shalatlah, lalu mulai lah, bismillah, aku menunggumu. Apapun yang kau rasakan, katakanlah. Ya Allah, berilah kekuatan untuk kekasihku agar ia bisa memeluk al-qur’anmu kembali untuk di simpan dalm hatinya. Amien..”
Subhanallah, betapa kata-kata itu telah menyejukkan hatiku. Aku tak dapat lagi membendung air mataku. Aku menangis sejadinya. Jika bukan karna semangat darinya, tak mungkin aku memilki cinta yang begitu luar biasa ini untukmu ya Allah. Dia adalah lelaki shaleh, haram bagiku meninggalkannya dalam setiap do’aku. Aku mencintainya karnamu. Sungguh karna Allah. Aku mensyukuri setiap hadirnya.
“subhanallah, aku beruntung memilikimu sayang. Semoga Allah selalu merahmatimu..”balasku
“shalatlah, Allah menunggumu. Jika kau merasakan takut, katakanlah padaku”
“baiklah..!”
Sejak saat itu aku mulai menghafal ayat suciku yang pernah ku tinggalkan itu. Betapa rindu-nya pada Al-qur’an, dan betapa malunya aku ketika mulai membacanya. Al-qur’an menyambutku dengan menumpahkan kedamaian sepenuhnya pada kalbu-ku. Aku bersyukur dengan hidayah Allah melalui-nya, aku bersyukur menjadikan malam itu malam yang penuh dengan rahmat, yang sebetulnya memang dekat denganku. Tapi aku enggan. Allah, jauhkanlah aku dari kemalasan dalam mengingatmu dan kemalasan dalam mencintai al-qur’anmu yang agung ini. Aku biarkan air mataku memenuhi wajahku, mengalir dari sudut mata sampai ke dagu. Hingga tak dapat menahan isak tangis yang begitu menjadi, ku peluk al-qur’amn sangat erat. Malam ini adalah malam nuzulul-qur’an tepat 17 Ramadhan. Dan ku sadari ayat tuhan yang mengatakan; nikmat tuhan manakah yang kau dustakan? (Q.S Ar-Rahman).
Ku tulis pesan singkat untuknya;
“sungguh, tak dapat ku bendung lagi air mataku saat mulai ku baca kembali ayat suci yang ku tinggalkan. Betapa ia sangat merinduiku, terlebih aku yang sangat merindukannya. Tuhan maha dekat, dekat sekali. Aku tak ingin melewati malam indah seperti ini. Doakanlah semoga aku istiqomah..”
Tak berapa lama, ku terima balasan darinya;
“Alhamdulillah, aku sangat bahagia mendengarnya sayangku. Dan kau tak perlu lagi menjauhinya jika ia sudah kembali ke dada-mu. Aku ingin sekali merasakan nikmat seperti itu, namun aku masih terlalu jauh dan dosa-ku terlampau banyak sehingga tuhan menjauh dariku..”
“masya Allah, berhentilah mengatakan begitu. Kau tak mau kufur nikmat bukan?. Kita mendekatinya bersama. Saling mengingatkan, menyeru kebaikan, dan kita bersama-sama menuju ridha-nya sayang” balasku kembali.
“bimbing aku sayang, aku masih terlalu lemah”
“sama saja kok, di mata tuhan. Sudah gih, I love you”
Ya, seperti itu memang. Nafas-nafas kerohanian yang kerap kali kita diskusikan. Ia terlalu merasa rendah. Dan ku pahami, karna tugasku bukan membuatnya semakin terlantar dan merasa jauh dari tuhan. Namun aku selalu berusaha membesarkan hatinya agar tak pernah kaku untuk menjalani nikmat tuhan, dan memesrainya dengan pelan.
Waktu lewat begitu saja, hingga ramadhan-ku pun akan berakhir. Hari-hari berlalu begitu indah. Ia memahamiku jika harus ku tinggalkan untuk kesibukanku, begitupun aku. Tak jarang selalu ku tinggal membantu ibuku membuat jajan, hingga tak pernah ada waktu yang lama untuknya, tapi kagum-ku ia tak pernah marah, dan protes atas waktuku yang tak banyak untuknya. Sebisa mungkin tak akan ku lepaskan ia, kecuali tuhanku yang melakukannya.
Dengungan takbir terdengar dari berbagai arah di penjuru dunia. Kemenangan umat islam sebentar lagi akan tiba. Rasa bahagia yang tiada terkata, dan sedih yang begitu mendera saat harus melepas ramadhan yang penuh dengan rahmat tuhan ini. Dan subahanallah, hari kemenangan tahun ini sangat bertepatan dengan tanggal lahirku, semua serba istimewa. Ku akui tuhan memanjakanku dengan nikmat-nya berkali-kali, hingga tak tau harus memuji-nya seberapa banyak, tak pernah bosan menyebutnya. Aku tak ingin melewati keindahan ini sebentar pun, aku ingin selalu mendengar lantunan takbir, hingga larut malam. Atau bahkan hingga pagi ku lakukan. Karna dari dulu aku selalu merasa bahwa orang-orang yang memilki tanggal lahir bertepatan dengan hari kemerdekaan, sangatlah beruntung. Di peringati oleh semua orang di Negara-ku, konsisten setiap tahun. Dan kini, tuhan memberikan yang lebih agung untukku. ya, hari lahirku akan di jadikan pesta oleh semua orang di dunia esok.
“sayang, aku ingin tidur duluan sekarang. Nanti, jika kau tak tidur, bangunkan aku sebelum tepat tengah malam” pintaku pada kak anas tanpa harus ku beri tahu alasanku ingin bangun jam itu, mungkin ia hanya menganggapnya, akan bercumbu dengan al-qur’anku. Tentu dia mengiyakan.
Masih terasa hanya beberapa menit aku terlelap, aku sudah mendengar hp-ku memekik tanda ada pesan darinya. Ku buka, dan mulai ku baca;
“rasanya masih sangat sebentar aku berjumpa dengan ramadhan-ku. Tak sampai hati diri ini di tinggalkannya. Karna begitu banyak rahmat tuhan yang ia limpahkan untukku. aku tak pernah ingin kehilanganmu, karna aku hanya ingin lebih dekat dengan-nya bersamamu. Terimakasih telah membantuku sayang..” aku tersenyum sendiri, lalu lekas membalas pesan-nya;
“bersyukurlah dalam setiap nikmat-nya. Jika kau masih ingin bersama-nya, masih ada kok ibadah setelah ramadhan yang tak kalah istimewa-nya. Jika kau pun tak keberatan, aku ingin mengajakmu puasa syawal sayang, dari esoknya lebaran. Selama enam hari. Ini sebagai penyempurna dari puasa ramadhan kita, juga pahalanya seperti puasa setahun”
Selang dua menit, ia membalas;
“ah, benarkah? Alhamdulillah.. baiklah sayang. Aku tak ingin melewatkannya. Bukan pahala yang ku mau, namun ridha-nya. Terimakasih banyak. Aku akan tidur sekaraang, selamat malam, assalamu’alaikum.. I love you”
Aku terkekeh sendiri membayangkan ekspresi bahagia dari-nya. Terimakasih ya Allah, kau telah mendekatkan kami untuk dekat denganmu. Setelah itu, aku sama sekali tak bisa memejamkan mataku lagi. Aku tak ingin melewatkan detik-detik bergantinya waktu untuk umur baru-ku. Ah, berarti jatah hidupku lebih dekat lagi. Semoga husnul khatimah, dan mulai ku baca lagi al-qur’anku.
Tepat jam 00:00, aku tak dapat lagi membendung air mataku. Aku bersyukur dalam sujudku, tangisku pecah. Nikmat tuhan, iya. Aku tak kuasa. Dan beberapa menit kemudian aku menerima pesan di hp-ku;
“Hari ini usiamu berganti, tepat pada hari dimana umat muslim bertakbir. Hari dimana dosa-dosa kita di ampuni seperti bayi yang baru lahir. Subhanallah, kebetulan kah? Aku tak yakin ini kebetulan. Ada banyak yang istimewa di bulan ramadhan sekarang. Aku berdo’a agar seluruh dosa-dosa kita di sucikan hari ini. Maaf aku tak bisa memberikanmu apapun. Sejak aku berniat menghatamkan Al-Qur’an, ku hadiahkan itu setiap aku membacanya untuk kau dan keluarga-mu juga. Hanya kado kecil itu yang bisa ku berikan padamu melalui tuhan-ku. Semoga rahmat Allah selalu bersama-mu. Selamat ulang tahun kekasihku, I love you..”
Semakin tak dapat ku tumpuk air mataku, allahu akbar. Nikmat itu bergantian menjumpaiku. Semakin tak mampu diriku. Dia adalah inspirasiku, aku mencintainya dan sungguh tak ingin kehilangannya. Ku balas pesannya dengan tangan yang luar biasa gemetar, tangisku masih menjadi, tak berhenti.
“allah, bagaimana bisa aku berhenti menangis, sedang kenikmatan selalu menghampiriku. Aku bersyukur, lebih dari segala-nya. Kado itu sangat berarti bagiku. Jatah usiaku telah berkurang, aku ingin melewatinya bersamamu sampai kapanpun dengan izin Allah. Terimakasih sayang..”
“jangan menangis. Aku sudah tak bisa lagi membayangkan wajah jelek-mu kalau begitu. Pasti jelek banget, hidiiih. Tuh kah, coba ngaca!, dasar bawel! Cengeng!”. Hatiku merasa gereget, dia sengaja masih jail disaat seperti ini. Ya ampun..
“heh, biarin! Jelek gini kau juga yang mencintaiku. Apa gak lebih jelek yang mencintai? Haha.. ngaku aja deh. Kau juga sering nangis kan, ya udah lah.. diem aja kalau masih sama. Week..?”. aku sengaja membuatnya semakin gereget, kali ini jelas ku bayangkan wajah kesalnya saat membaca pesanku. Hahaha.. maria nisa di lawan!, pikirku sendiri. Tersenyum sendiri, gila!
“ah, kau ini sayang. Tak bisa ku ajak bercanda. Gak asyik ah.. ya udah deh. Mohon maaf lahir bathin yah.. kau lanjutkan al-qur’anmu. Ya allah, jangan kau cabut nikmat itu dari kekasihku. Amien”
Iya, mungkin bahagiaku tak pernah dapat di lukiskan dalam bentuk apapun. Termasuk seniman terkenal sekalipun, tak akan mampu jika di suruh untuk melukiskan bahagiaku. Hari kemenangan kali ini begitu beda dari tahun sebelumnya. Bahagia sekali..
                                                                  *****
Ramadhan berlau, hari kemenangan berlalu, dan kini kita sudah melaksanakan puasa syawal bersama. Masih sama, indah dan tak jarang pula bahasa mesra itu meluncur dengan sendirinya. Aku merasakan bagaimana perhatiannya padaku.
“aku mencintaimu, sayang” kataku
“aku juga mencintaimu sayang. Jangan terlalu mencintaiku ya..” balasnya. Hati ini kaget, tak biasa ia mengatakan begitu. Apakah hatinya tak lagi untukku?.
“kenapa?” tanyaku kecewa
“aku hanya takut mengecewakanmu..”. baiklah, aku memang merasa terlalu penuh memberikan hatiku padanya. Mungkin memang benar aku tak boleh berlebihan. Alhamdulillah, kau telah menegurku melalui dia tuhan. Aku memang tak boleh melebihi cintaku dari pada tuhanku.
“segala puji bagi Allah, terimakasih telah mengingatkanku sayang”. Saling mengingatkan memang sering kita lakukan. Sekali lagi aku merasa bersyukur.
Di hari ke lima puasa syawal, hari-hari masih seperti biasa.tawa renyah itu masih terasa. Dan bahasa-bahasa kasih juga tak pernah terlewatkan. Lepas ashar ia mengirim pesan untukku.
“aku pusing, aku ingin tidur sayang. Nanti pas buka puasa bangunkanlah..”
“baiklah, tidurlah sayangku.. aku akan membangunkanmu insya allah nanti” balasku., memahaminya.
Beberapa menit kemudian, setelah berbagai pekerjaanku untuk membersihkan halaman kelar, ia mengirimkan pesan untukku. hatiku bertanya-tanya, bukankah ia masih ingin tidur?, sebentar sekali!
“maafkan aku sayang. Jika mengecewakanmu. Namun demi Allah, hatiku utuh mencintaimu. Tapi waktu yang menyuruhku untuk melepaskanmu. Aku bingung, apa yang harus ku lakukan. Dan aku memilih sendiri..”. deg! Bathinku melonjak, tak percaya dengan pesannya. Namun tak henti ku baca istighfar untuk kembali menenangkannya.
“baiklah, jika itu maumu. Semoga bahagia” balasku. Aneh, kenapa aku tidak marah? Kenapa aku membiarkan ia pergi? Padahal jelas ia menyakitiku? Jelas ia mengecewakanku? Menelantarkan cintaku yang memang untuknya?, mematahkan harapanku?, pertanyaan-pertanyaan itu bermunculan dalam benakku. Namun ku jawab sendiri, aku hanya ingin mengembalikannya pada Allah, jika memang itu adalah jalannya saat ini. Walaupun keadaan ini, terus terang sangat menguras hatiku. Air mataku ku biarkan berjatuhan begitu saja. Apa salahku?, oh tidak! aku tak boleh mengeluh.
“kenapa kau tak marah?, aku masih terlalu mencintaimu. Namun tak paham dengan rencana tuhanku. Aku di buatnya bingung, dan di buatnya memilih jalan ini. Aku tak mau kehilanganmu, namun harus ku lepaskan karna vika saat ini membutuhkanku, ia masuk rumah sakit karna meminum obat dosis tinggi. Dan ku rasa hanya aku satu-satunya yang bisa menolongnya”. Dia memilihnya? Sedang hatiku? Baiklah, jika begitu. Berarti cintaku dari kemarin hanya pelarian saja baginya. Aku di bohonginya? Aku di telantarkannya? Tak memikirkanku?. Tenanglah hati, sabarlah disaat kau tak lagi disayangnya. Mengapa aku mengeluh? Bukankah ia lebih membutuhkannya dariku?, aku tak boleh egois! Allah membenci orang yang mengeluh dan tak mensyukuri nikmatnya. Ya allah, maafkan aku. Ku kumpulkan tenaga untuk membalas pesannya.
“ku pikir kau adalah alasan terbesarku untuk bertahan dan setia. Tapi aku salah, allah membalikkan keyakinanku. Baiklah, aku terima. Rawatlah dia dengan sepenuh hati, ajarkanlah ilmu agama yang baik. Dan semoga ia tak pernah mencintaimu sebaik aku, agar tak pernah ada alasan untukmu meninggalkannya. Assalamualaikum”.
 Aku tak mengharap sms lagi darinya. Aku ingin sendiri saja dengan air mataku. Aku biarkan dia pergi bukan aku tak mencintainya, namun ia yang tak inginkan aku ada dalam hidupnya. Aku membiarkan beberapa pesan yang berdatangan ke hp-ku. Untuk apa? Semua tak akan pernah menggembirakanku. Cinta yang ku rawat dengan baik ternyata di lemahkan begitu saja? Di suruh buang? Apa guna dia menghampiriku, lalu mencintaiku jika kemudian untuk di tinggalkan dan memilih orang lain. Sungguh itu benar-benar menyedihkan!. Ku kumpulkan sisa tenagaku untuk kembali bersandar pada tuhan, walau diri ini begitu rapuh dan terluka. Buka puasa hanya dengan segelas air putih. Shalat maghrib, mungkin saja tuhan kembali mendamaikan aku dengan belaian-nya. Allahu akbar!. Dengan hati berdegup hebat, bismillah ku buka hp-ku yang penuh pesan darinya.
“allah! Aku sungguh mencintaimu. Apa guna aku bersamanya, jika hatiku untukmu. Aku tak tau kenapa Allah begitu menghukumku disaat aku merasa telah menemukan sandaran yang tepat untukku. aku tak tau mengapa Allah melakukan semua ini untukku. Katakan padaku, apa sebetulnya yang kau rencanakan ya allah? Apa kau inginkan aku kembali seperti dahulu? Apa kau inginkan aku terpuruk dan tersiksa dengan cinta ini?. Ya, aku tau aku lemah, dan kau adalah segalanya. Kau mampu melakukan apapun dengan kehendakmu, sedang aku? Aku akui aku tak mampu tanpamu. Namun kenapa kau berikan cinta ini jika untuk kau suruh aku melepasnya?”. Tangisku semakin menjadi. Namun tak ku izinkan jari jemariku membalas pesannya.
“dia orang baik ya Allah, aku telah mengecewakannya. Kenapa kau menghukumku sedemikian berat?. Dia perempuan terbaik yang pernah aku temui, mampu mencintai aku dengan segala kelemahan dan dosa di masa laluku. Dia pantas mendapatkan yang terbaik di banding aku yang penuh kehinaan ini. Namun apakah salah jika aku memiliki cintanya, dan ingin menggenggamnya untuk selamanya?”
Di pesan yang lain,
“kenapa dia tidak membalas sms-ku ya allah. Aku mengkhawatirkannya. Peluk dia dengan kasihmu, hapuslah air matanya yang suci. Jangan biarkan ia rapuh dan sungguh air matanya adalah pukulan terberat bagiku..”
“ya, aku tau aku bingung! Tuhan menjadikan aku berada di posisi yang sangat memojokkan aku. Seakan ingin menjauhkan dengan rahmat-nya. Namun dia butuh aku?.  Aku tak tau apa yang akan kau lakukan jika posisimu ada padaku, apakah kau akan bertahan dengan orang yang kau cintai sedang jiwa orang lain terancam karna mencintaimu? Ataukan kau akan membiarkan dia menderita dengan sakitnya?, sungguh mati sudah akalku untuk berfikir dengan semua itu”. Terus terang, mataku sembab penuh air mata, dan tubuhku seakan tak kuat untuk berdiri. Cintaku terlalu dahsyat untuknya. Dan masih banyak pesan yang ia kirimkan untukku. sedang aku sama sekali tak bergairah untuk membalasnya. Ya allah, aku rapuh karna semua ini. Namun jangan kau biarkan aku kufur atas nikmatmu.
Di penghujung malam, aku sudah terbiasa shalat malam dengannya. Kini aku melaksanakannya sendiri, air mataku masih tak berhenti. Aku tak bisa menghilangkannya begitu saja, kenangan bersama kak anas masih sangat dekat dengan jiwaku. Ada apa dengan cintaku?.
Ya allah, dalam sujudku aku berteriak. Jauhkan aku dari cinta yang menjadikan kau cemburu. Sungguh, telah lumpuh segala daya-ku. Aku telah merasa bahagia bersamanya. Namun perempuan lain lebih membutuhkannya. Ajarkan aku ikhlas yang tak pernah bertepi. Dan sabar sedalam-salamnya yang menjadikan aku perempuan bertaqwa.
Ya allah, jika dengan mengikhlaskannya, kau akan lebih dekatkan aku denganmu, menjadikanku lebih beriman, Lakukanlah!, lanjutkan rencanamu yang tak pernah salah itu tuhan. Jangan biarkan aku mengeluh, dan tak mensyukuri segalanya.
Ya allah, kau lihat aku sekarang yang rapuh karna kehilangannya. Ku mohon, jauhkan aku dari cinta yang menyesatkan. Aku butuh dayamu untuk kembali menguatkan aku rabb. Bimbinglah, amien..
Aku menyeka air mataku dengan ujung mukenaku. Tiba-tiba terdengar suara hp-ku merengek tanda ada sms. Mulai ku baca;
“semalam kau tak balas sms-ku. Apakah kau baik-baik saja. Aku mengkhawatirkanmu. Bangunlah untuk shalat tahajud..” sms dari kak anas. Aku masih enggan membalasnya. Beberapa menit kemudian, panggilan masuk, Darinya. Ku biarkan lagi. Maaf tuhan, bukan ingin membuatnya khawatir atau tak menghargainya. Namun aku ingin ia cepat melupakanku, walau teramat sakit bagiku. Aku hanya inginkan kesembuhan untuk mbak vika. Dan kak anas ada sepenuhnya untuknya.
Keesokan pagi, semua masih sama bagiku. Hatiku masih hambar. Tak lelap mataku untuk terpejam indah. Semua seakan menjadikanku seorang yang sangat rapuh. Tiba-tiba terkaget, disaat mulai lelap. Semua makanan tak berpengaruh untuk mengenyangkanku. Karna bagiku semua terasa hambar sekali. Aku hanya biarkan diriku terdiam di kamar dengan air mataku. Aku bahkan tak bersemangat untuk membuka dan membaca al-qur’anku. Entahlah semua telah menyulapku menjadi seorang yang sangat rapuh, hanya berteman air mata.
“kau baik-baik saja kah?, kak anas menyuruhku untuk menemanimu.” Pesan dari diyah, sahabat karibku, yang kebetulan juga satu organisasi.
“aku tak mengapa. Mungkin saja sebentar lagi gila. Jangan pernah katakan apapun tentangku padanya” balasku.
“bersabarlah, kak anas telah menceritakan semuanya padaku. Kau pasti bisa tanpa-nya, ku yakin itu!”
Aku tak bergairah, dan ku raih buku harianku yang tertidur di dipan dandanku. Aku mulai menulis.
Rabu, 05 agustus 2015
Dear Allah,
Tak pernah ku tau rencanamu, namun harus ku katakana bahwa engkau sebaik-baik pelindung. Cobaan ini harus ku sadari bahwa ternyata kau ingin mendekatkan kembali padamu.
Allah,
Aku tau hatiku lapuk, namun yang sangat ku yakini bahwa kau tak pernah meninggalkanku sebentarpun. Kau berika ia hidayah untuk meninggalkanku karna alasan ‘perempuan lain’, hamper saja aku mati menahan cintaku padanya. Jika bukan karna dayamu aku membopong tubuhku agar bangkit kembali dan lari sejauhnya dari masa yang ingin menjadikan aku tak berguna.
Tuhan,
Kau biarkan ia datang, dan dengan begitu saja ku ucapkan ‘selamat datang’untuknya karna bagiku ia adalah orang baik, insya allah. Iya, gemetar tanganku. Jantung ini bingung entah kemana ia akan berlindung. mata yang biasa menatap cengar binar kini telah menjadi sayu penuh dengan air mata. Air mata kepedihan dan pengkhianatan. Kau antarkan aku pada sebuah harapan yang selalu menjadikan aku tebawa dalam mimpi indah. Aku seperti perempuan yang begitu saja penurut dan patuh pada tuannya.
Seperti selalu bernafas lega saat bersamamu dan petuahmu ibarat kata yang mengalir begitu saja dari syurga. Karna memang kau telah mengenalkan aku lebih dekat dengan tuhan. Bahumu seakan ingin melindungiku saat kau tau hempasan angin di musim dingin menyerangku. Namun sayang harus ku katakana bahwa semua itu adalah dusta.
Semua hanyalah dusta!

-Mariya Nisa
Aku seperti selalu ingin menyalahkan keadaanku. Dan perubahan terjadi begitu drastis padaku. Meski semua yang telah kuistiqomahkan tidak aku tinggalkan. Namun aku tak dapat memeluk al qur’an lagi. Lelaki itu telah meninggalkanku. Haha.. apa yang bisa aku banggakan. Sungguh, keadaanku tak jauh dari orang yang tak waras. Tersenyum lalu menangis sendiri. Ku tulis sebuah status di facebook.
“kau jadikan aku laila majnun kedua. Atau kau inginkan aku menjadi seperti kahlil Gibran yang selalu bertanya-tanya tentang kekasihnya yang jauh, tak pernah bisa dimiliki. Pantaslah, ku rasa ini adalah jawaban tuhan atas kesenanganku pada tokoh zainuddin. Ternyata ia ingin menjadikan aku bernasib sama sepertinya walaupun beda kisah. Aku telah menjadi gila. Kau meninggalkanku. Siapakah yang lebih kejam diantara kita? Aku atau dirimu?”. tak kuhiraukan beberapa orang yang memberikan komentar atasnya. Karna aku hanya ingin menulisnya saja. Tiba-tiba pesan datang di hpku, dari kak anas.
“iya, ku akui. Aku yang kejam. Aku yang meninggalkanmu. Namun ini bukan mauku. Hari ini vika masuk rumah sakit. Kondisinya sangat lemah. Aku hanya membutuhkan doamu. Kau tak perlu melakukan apapun. Aku tak ingin engkau berharap. Karna aku yang akan tetap berdoa pada tuhan untuk memintanya agar menjadikanmu perempuan yang seumur hidup denganku”
Aku benci kata-kata itu. Aku benci semua ini. Aku benci keadaanku. Aku benci! Sangat benci!. Namun tak ku bolehkan diriku untuk menjadi orang jahat karna mementingkan diriku sendiri. Aku masih tak ingin membalas pesannya.
“aku bersamamu sahabatku. Apapun yang terjadi hari ini nikmati, karna ku yakin dengan begitu tuhan akan lebih mencintaimu” pesan dari diyah.
“terimakasih J. Aku memang benar-benar membutuhkan semangat untuk bangkitku. Aku begitu rapuh dan terjatuh.”
“iya tentu. Kau harus bangkit! Semangat!. Masih banyak yang harus kau  kerjakan”. Kata-kata itu hanya bisa ku pandangi, karna tak berpengaruh baik bagiku. Aku tetap saja begini, iya begini.
Berhari-hari aku masih dengan keadaanku yang lemah. Tak pernah lelah untuk menangis karna memang tumpah begitu saja. Aku masih tak membalas pesan kak anas, aku hanya takut menyakiti hati mbak vika dan kesembuhannya terhambat dan akan semakin lama. Aku sangat kasihan pada kondisinya. Kabarnya, ia akan di operasi di bali. Ini ku dapatkan dari kak anas beberapa waktu lalu. Aku tak pernah meninggalkannya dalam do’aku. Meski ku tau, dia adalah alasan untuk kak anas meninggalkanku, namun ku rasakan perasaannya sebagai perempuan.
Kepalaku tiba-tiba selalu merasa pusing. Ada banyak hal yang menjadi tebakanku untuk hal itu. Antara lelah, kurang istirahat, bebanku, minimal semua itu adalah jawaban asal-asalanku. Badanku panas, serasa sekujur tubuh ini mati suri. Mata terbuka namun tak melihat. Seingatku, sebelumnya aku masih bersama ibu. Ya, aku pingsan. Aku sendiri tak mampu mengendalikan tubuhku yang begitu lemas. Allah, sebegitu dalamkah rasaku hingga aku sendiri merasa mati rasa tanpanya?. Aku telah melukai diriku sendiri dari saking tak berdayanya aku menerima kenyataan bahwa dia bukan lagi milikku. Untuk beberapa hari aku memang perlu banyak istirahat. Total. Mengapa menjadi seperti ini?.
*******
Di suatu malam, lepas isya’. Setelah keadaanku mulai pulih, Aku masih dengan kegiatanku. Yaitu mengacak-acak hp-ku sendiri. Lalu ku kirim pesan pada kak anas.
“bagaimana kabar mu?”
“alhamddulillah, tuhan mendengar doaku. Aku begitu bahagia kau kembali mengirim pesan untukku meskipun hanya sebatas menanyakan kabarku. Aku berharap, suasana seperti ini masih bisa ku rasakan kembali di malam setelahnya. Kabarku baik, tentu karna kedatangan kabarmu. Bagaimana kabarmu?”
“Alhamdulillah, baik insya allah. Bagaimana kabar mbak vika?”
“kondisinya masih lemah. Doakan saja”
“pasti.” Jawabku singkat
“kau tak marah padaku?” tanyanya, mulai mengungkit
“apakah aku punya alasan untuk itu? Sedang dzat tuhan juga menyatu denganmu.”
“sungguh suci hatimu, sayangnya tak bisa ku miliki lagi dirimu”
“tak usahlah bahas itu”
“ya aku tau kau akan semakin tersakiti dengan hal itu. Namun aku hanya percaya kekauatan doa. Aku yakin tuhan mengabulkan untukku. dan aku akan selalu menunggu waktu itu”
“aku tak berselera lagi membahasnya. Kau jaga saja dia. Tak usah pikirkan aku”
“aku tak akan memaksamu mencintaiku lagi, karna itu kan membuatmu semakin sakit. Aku hanya memintamu untuk mendoakanku agar semua doaku terkabulkan. Karna di dalamnya penuh dengan kau”
“haha..kau meninggalkan aku disaat aku cinta-cintanya., dan kau?.. jangan bercanda. Jika kau mencintaiku, kau tak akan meninggalkanku. Tak akan menelantarkanku. Tak akan membuatku tersiksa. Jika sudah tau itu akan menyakitkan aku. Tentu tak akan kau lakukan. Tapi sungguh, aku masih melindungi hati perempuan itu yang sangat membutuhkanmu”
“aku minta maaf atas salahku, nAmun sungguh keadaanku dalam keadaan sangat bingung. Aku mencintaimu. Walaupun bersamanya. Hatiku bersamamu, walau aku dengannya” kata-katanya mengganjal dalam hatiku, “mencintaiku, meski bersamanya?” sungguh, itu bagiku adalah sikap pecundang yang berusaha melindungi dirinya sendiri.
“kau katakan kau mencintaiku, dan aku juga merasa begitu. Aku tidak ingin kamu mencintaiku dengan kebaikanku. Karna itu hanya akan membuatmu meninggalkanku, dengan alasan aku terlalu baik untukmu. Aku mencintaimu dengan begitu hebatnya, tapi kau meninggalkanku dengan begitu mudahnya. Aku akan memperjuangkan siapapun yang memperjuangkanku.”
“aku tak bisa terus-terusan begini. Apapun, aku akan jujur pada vika bahwa aku mencintaimu”. Tak ku balas lagi pesannya. Aku hanya ingin tetap teguh dengan keputusannya. Walau hatiku masih untuknya, namun semua yang sudah menjadi keputusan harus di jalankan. Karna itu yang akan menjadikan kita seorang bijaksana yang teguh pada pendirian. Bukankah, dia meninggalkanku sudah dengan berbagai pertimbangan juga?.
“sayang, aku sudah mengatakan pada vika tentang kita. Kita mulai dari awal. Dia tidak marah tentang hubungan kita” pesan dari kak anas bukan semakin membuatku bahagia. Walaupun aku memang mengharapkan hal itu terjadi lagi. Namun aku tak bisa bayangkan bagaimana sakitnya hati mbak vika jika aku kembali dengannya sedang keadaannya masih sakit dan lemah. Aku bukan egois, aku tak bisa hanya mencintai diriku sendiri sedang orang lain tersakiti di balik bahagiaku. Oh tidak!
“pantang pohon pisang berbuah dua kali. Pantang orang yang di tinggalkan kembali lagi. Bukankah semua itu telah kau pikirkan bulat untuk meninggalkanku. Kau harus menghargai keputusanmu sendiri. Belajarlah professional. Dan harus kau tahu, bahwa hatiku bukan taman bermain. Dimana kau bebas main sesukamu dan meninggalkan begitu saja, lalu kembali. Dimana kehormatanku?”. Walaupun dengan hati yang sangat berdebar ku kirim pesan itu. Aku masih terlalu mencintaimu kak, tapi aku memikirkan kesembuhan mbak vika. Aku mengkhawatirkan keadaannya jika hanya kupikirkan diriku. Biarlah, semua ku kembalikan pada yang maha punya cinta, tuhanku. Aku membuat diriku seakan orang yang sangat membencimu. Tapi hatiku tetap utuh untukmu. Aku hanya ingin belajar ikhlas dan sabar yang sepenuhnya, karna rencana tuhan lebih indah di bandingkan dengan sikapku sekarang jika saja langsung menerimamu kembali tanpa memikirkannya.
“baiklah, terimaksih. Jika keputusanmu sudah bulat untuk melupakanku. Semoga kau dapatkan yang lebih baik”
Aku menangis lagi. Ya allah, aku ikuti saja alurmu. Kau pasti tahu niatku hanya untuk kesembuhan dan kebahagiaan mbak vika. Walaupun harus kukorbankan perasaanku. Aku akan mencintainya dengan caraku. Tak perlu memiliki. Aku kembali membuka fb, ku periksa permintaan pertemanan, kaget! Saat ku tahu mbak vika minta pertemanan untukku. tak langsung kuterima, karna aku takut dia membujukku untuk kembali pada kak anas sedang dirinya membutuhkannya.
Beberapa minggu kemudian, kuterima permintaan pertemanannya. Ku tulis pesan untuknya;
“assalamualaikum mbak vika. Semoga Allah merahmatimu dengan kesembuhan dan kebahagiaan yang begitu indah. Sabarlah atas setiap cobaanmu. Aku masih mendoakanmu.” Aku tak peduli bagaimana nanti balasannya untukku, marahkah atau.. pasrah saja.
Beberapa hari kemudian, kuterima balasan darinya;
“waalaikumsalam. Terimakasih doamu dek. Kau tau dari mana kalau aku sakit?”. Maksudnya apa?, bukankah kak anas telah menceritakan semuanya dan dia sudah tau,  pikirku. Entahlah, apapun itu semoga tuhan berikan yang terbaik.
Waktu berlalu dengan begitu saja. Hatiku masih utuh miliknya. Walaupun ku tahu dia juga merasakannya begitu dengan berbagai status di facebook-nya yang mengatakan hatinya yang sebenarnya, dan dia juga masih peduli padaku. Namun aku harus bisa professional.
Semakin hari keadaanku bukan semakin baik, namun semakin terpuruk. Aku terlalu rapuh dan tak terbiasa hidup tanpa komunikasi darinya. Aku juga meninggalkan hafalan ayat suciku. Aku tak tau, yang pasti keluargaku turut prihatin atas keadaanku yang katanya sudah lebih kurusan. Aku sering merindukannya, aku tak terbiasa. Aku ingin sekali bangkit, namun begitu sulit!
Beberapa hari ini aku sakit, tak lain karna aku yang terlalu banyak memiliki beban dalam pikiranku. Sakit yang kualami begitu parah, karna berurusan langsung dengan paru-paruku. Dua bulan berlalu, namun hatiku masih sangat mencintainya. Tak peduli dia bersama orang lain dan bukan lagi milikku sekarang. Semua telah menghilangkan akal sehatku. Aku menjadi seorang yang pelupa. Aku sering lupa untuk hal-hal sepele. Aku hanya menghabiskan waktuku untuk menangis dalam keadaan yang menguras hati. Sudah beberapa kali ke doketr, namun tak kunjung sembuh.
“jangan kau jadikan beban semua yang terjadi padamu, aku sangat menyayangimu. Kau harus bangkit sahabatku” pesan dari diyah.
Aku benar lemah, dan aku tak sanggup seperti ini terus menerus. Aku sudah tak memikirkan apaun didepanku. Semua kosong, tak berguna. Apa arti hidupku sedang hatiku tersiksa?. Aku buka fbku kembali.
“katanya soleha, kok masih ambil milik orang lain. Dasar perempuan munafik”
Allah! Statusnya mbak vika, benar menjatuhkanku. Aku tau itu tak secara jelas untukku. tapi aku merasakannya, karna aku pernah berhubungan dengan kak anas. Bukankah saat bersamaku mereka telah tak ada hubungan apa-apa? Dan bukankah saat ini sudah ku ikhlaskan ia padanya, walaupun aku masih mencintainya. Aku bukanlah sebaik-baik perempuan, namun aku tak sekejam itu rabb. Aku menangis.
“kenapa jadi aku yang salah? Sedang semua ini mengalir dengan kehendak tuhan. Maafkan aku jika munafik” kukirimkan pesanku pada diyah, berharap dia bisa memahamiku
“sabarlah, kembalikan semuanya pada allah, tuhan tak menyuruhmu untuk membalas tuduhannya padamu. Kau harus kuat, imanmu di uji”
Hampir sepuluh hari, aku tak kunjung sembuh dari sakitku. Aku buka fbku kembali.
“dasar cewek pengganggu! Tukang rebut! Kalau sudah tau milik orang jangan di rebut dong. Cewek bermuka dua!”
Allah, kembali statusnya mbak vika menyayatkan hatiku. Aku bukan terbaik bagimu, namun aku tak suka dengan semua sebutan itu. Apapun yang terjadi, aku masih sangat melarang diriku membalas tuduhannya padaku, karna mungkin saja saat ini keadaanku yang di dzalimi olehnya, sedang bila ku balas, dan ia sakit hati, mungkin tuhan akan murka kepadaku dan mbak vika yang akan terdzalimi, dan yang ku tau doa orang yang terdzalimi itu di makbul oleh allah. Sabarlah, kendalikan dirimu. jangan terburu nafsu untuk membalasnya. Jika kau balas, kau sama saja dengannya. Bukankah allah menjadikanmu lebih baik dengan kesabaranmu. Aku menenangkan hatiku sendiri.
****
Semakin hari keadaanku semakin baik, tubuhku mulai pulih. Aku tau ini berkat ibuku yang sabar merawatku. Kerap kali aku pun mendapat pesan motifasi dari beberapa temanku. Tersering, diyah. Aku mulai membuka mataku kembali, bahwa semua peduli padaku, setia bersamaku saat keadaanku rapuh. Ya allah, betapa banyak nikmat yang ku lalaikan selama ini. Dan membiarkan diriku terpuruk, tak berguna. Untuk beberapa minggu tak ku buka facebook, karna takut status-status mbak vika, akan menggagalkan diriku yang akan mulai bangkit.
Aku kembali menghabiskan waktuku utnuk berkumpul dengan keluargaku. Bercanda dengan ponakanku yang lucu dan cerdas. Dan sering menghabiskan malam-malamku untuk membaca buku. Ya, aku mulai bangkit. Bangkitku yang penting, semua yang terjadi seharusnya menjadikan aku tetap melakukan kebaikan disaat keadaan paling sempit dan rapuh sekalipun. Semua telah memberiakn pelajaran berharga bagiku. Aku bahagia dengan perkembanganku.
Dan aku kembali sibuk dengan kegiatanku yang telah lama aku tinggalkan karna libur yang panjang, aku kembali mengajar pramuka di berbagai sekolah. Dengan ini, aku menyadari bahwa masih banyak orang yang membutuhkanku. Dan selama itu baik, apapun yang bermanfaat akan ku lakukan. Mulai mendalami berbagai ilmu, mempelajari berbagai banyak hal. Dan tak jarang, bapak selalu mengajarkan aku bagaimana berbaur dengan masyarakat luas. dengan cara membantu mereka semampuku. Seperti sosialisasi ibu PKK dibalai desa, ikut memeriahi lomba di desa, dan yang lainnya. Dan kusadari ini telah menjadikan aku sedikit demi sedikit melupakan kak anas. Akupun tak lagi mengingatucapan yang terlontar dari mbak vika, karna itu malah semakin mambangkitkan aku. Dan mengujiku apakah aku masih mampu bertahan dengan kesabaran, atau tidak?. Apakah aku akan membalas keburukan dengan keburukan?. Semua itu semata tuhan hanya ingin meningkatkan imanku.
Aku malah sering menonton acara-acara TV yang dapat menghiburku. Kartun, berbagai kuliner sebagai pengetahuan bagiku jika sudah berumah tangga, dan bahkan acara motifasi yang sangat membantuku untuk bangkit, setiap minggu malam. Pak Mario teguh. sering menghabiskan waktu di perpustakaan untuk sekedar membaca buku atau menghibur diri.. Dan pada saat itu tiba-tiba saja aku tertarik dengan buku tentang sedekah. Dan ku bulatkan untuk meminjamnya untuk ku baca di rumah.
Aku sudah tak lagi menunggu pesan dari kak anas. Dan mulai berkurang juga air mataku tumpah untuknya. Aku menyadari bahwa hidup adalah sebuah pelajaran, dimana seseorang pemenang tetap akan bertahan untuk melakukan kebaikan disaat keadaannya di kucilkan. Dimana semuanya memberikan arti bahwa hidupku yang sekali, hanya baik jika ku lakukan untuk membahagiakan saudara-saudaraku. Bukankah banyak di luar sana yang lebih menderita, dan memiliki persoalan hidup yang lebih sulit dari padaku. Di tinggal suami, kelaparan, dan anak-anak muda seusiaku yang tak memiliki kesempatan yang indah untuk bersekolah. Atau adik-adikku yang saat ini menangis karna di tinggal ayahnya untuk selamanya, dan menjadi yatim? Allah, sungguh semua telah menyadarkan aku bahwa aku masih memiliki semua yang orang lain tak punya. Segala puji bagi allah, aku mensyukuri dan mulai merasa malu atas sikapku selama ini. Dan barangsiapa yang tidak menghargai nikmat, maka nikmat itu akan di ambil dalam keadaan dia tidak mengetahuinya. Na’udzubillah. Semoga kita semua di jauhkan dari sikap kufur dan tamak.
Semua yang terjadi menjernihkan hatiku akan arti ikhlas yang sebenarnya, dan sabar di saat angin cacian hendak merobohkan tiang-tiang imanku. Percaya saja, bahwa mungkin saja dia bukan terbaik. Yang penting kau telah memberikan yang terbaik, masalah nanti akan di khianati, atau di sakiti sekalipun, bagaimana kita menjadi seorang yang setia pada kebijaksanaan agar tak pernah membalas suatu keburukan dengan hal yang sama. Lebih berbaik diri pada orang lain, jikapun itu telah menjadikan kita terpuruk.
Aku rasakan kebangkitanku, dan aku sangat mensyukurinya pada yang maha kuasa. Di sudut malam yang dingin, tiba-tiba aku kembali mengingat kak anas, setelah shalat tahajud, aku menangis merinduinya. Kenapa tiba-tiba aku begini? Apakah aku akan rapuh kembali ya allah? Tak henti aku menangis, namun aku tiba-tiba pula teringat pada buku yang dari kemarin ku baca tentang sedekah, bahwa apapun bisa disembuhkan dengan sedekah. Atas izin allah. Dengan hati yang bersemangat, aku ingin cepat-cepat pagi, untuk memberikan sisa uangku untuk anak yatim di sebelah rumahku.
Pagi tiba, ku rogoh uang di sakuku yang berjumlah sepuluh ribu, karna memang adanya segitu. Bismillah, kuniatkan karna allah, ingin menghilangkan sedihku, dan menyantuni anak yatimmu, ku berikan uangku itu kepadanya di saat akan ke sekolah. Aku melihat bahagia pada rona wajahnya, matanya berbinar menerimanya. Aku sangat bahagia, merasakan bahagianya anak itu. Ya allah, sungguh bahagia itu sangatlah sederhana. Hanya dengan berbagi dan melihat senyum anak yatim. Sejak saat itu pula, apabila hatiku gelisah, cepat ku lakukan trik sedekah, jika tak ku punya uang maka dengan tenagaku dan apapun yang bisa ku lakukan. Semata karna allah. Dan sejak itu pula aku niatkan untuk rutin bersedekah pada anak yatim jika honor dari mengajar pramuka keluar.
Ku nikmati waktu yang membahagiakan itu, dan ku coba buka lagi facebook-ku;
“dasar cewek munafik. Sadar dong. Tukang rebut.” Aku hanya menghela nafas atas semua kata-kata yang membuatku merasa tersindir. Biarlah dia berkarya dengan bahasanya. Toh, aku juga masih punya tuhan. Dan tuhan yang berhak memvonisku atas buruk dan baiknya perbuatanku kelak. Aku semakin tak berselera membalas ocehan-ocehan itu. Dan status-statusnya yang memamerkan kemesraan, dan bahkan ternyata mereka mau tunangan. Turut bahagia saja lah. Herannya, aku sama sekali tak merasa sedih dengan kabar itu. Malah semakin menumbuhkan semangatku untuk bangkit, karna yakin tuhan akan memberikan yang terbaik dan lebih baik dari padanya. Status yang menyakitkan itu adalah suntikan motifasi bagiku.
Tuhan hanya menyuruhku untuk focus berbuat baik, menyebar kebaikan dan manfaat. Maju untuk perbaikan masa depan yang menungguku. Perbaiki diri untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik dan berkualitas. Percayalah bahwa semua akan terjadi secara melingkar, kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan, begitupun sebaliknya. Tak perlu membuang energy untuk menyiakan waktu membalas orang yang menyakiti kita. Karna semua adalah urusan tuhan. Tugas kita adalah berbaik pada semua orang. Sejak saat itu, aku lebih istiqomah shalat malam, shalat duha, dan shalat wajib tepat waktu. Dan bismillah, aku mulai kembali hafalan al-qur’anku yang sempat ku tinggalkan. Aku hanya mempersiapkan diri untuk menjadi perempuan yang pantas dicintai, dan tak akan kusiakan siapapun yang memilikiku kelak. Assalamu’alaikum jodohku yang ada disana. Assalamu’alaikum kalian yang memberikan pelajaran bagiku, dan assalamu’alaikum move on!.


Semoga bermanfa’at..! J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar