Assalamu'alaikum, Move On!
Aku
tidak pernah menyangka kenal dengan orang seperti dia. Berawal dari pertemuan
di sebuah organisasi di kampus, mungkin itulah awal dari perkenalan kita.
Walaupun pada dasarnya kita adalah sama-sama orang yang kaku ketika berpapasan
sekalipun. Karna selain dia memang pendiam, aku juga terlalu malu untuk dekat
dengan lawan jenisku dikampus. Selain memang waktu itu dia juga punya kekasih,
aku hanya menganggapnya sebagai senior biasa seperti yang lainnya, meskipun ada
sedikit rasa kagum dalam diriku, karna kedalaman ilmunya dalam bidang agama yang
membuatku geleng-geleng kepala ketika nimbrung diskusi dengannya.
Entahlah,
dari manakah awalnya kita bisa sangat akrab. Yang ku ingat, waktu itu memang
sering berdiskusi di jejaring social, seperti melalui sms, fb, dan yang
lainnya. Ada banyak hal yang dapatkan selama bersamanya tentang
pengetahuan-pengetahuan baru yang tidak aku pahami dan informasi organisasiku
ketika misalnya aku telat atau mungkin tak bisa hadir dalam setiap pertemuan
penting. Aku merasa ada kenyamanan bersamanya, hal itu emakin kurasakan ketika
aku semakin tak mampu memandangnya sebentarpun saat berjumpa. Dan aku rasa dia
juga mengalami hal yang sama sepertiku, ku akui ketika aku telat membalas
sms-nya, terlintas ada rasa khawatir padanya. Oh aku sama sekali tidak mengerti
sebenarnya. Padahal yang ku tau, saat itu dia masih milik mbak vika,
kekasihnya. Dan hatiku milik orang lain, yang memang kebetulan sama sekali
tidak menghargaiku waktu itu.
Oh iya,
aku lupa mengenalkan siapa dia. Namanya anas herdian, aku sering memanggilnya
kak anas. Walaupun namanya tiba-tiba saja kuubah, saat dia memanggilku dengan
sebutan “bawel”. Dan dia ku panggil “jelek”. Yah walaupun itu hanya sebutan
kita berdua. Memang tak ada yang tahu kedekatan kita, karna memang hanya di
jejaring social saja komunikasi akrab itu berlangsung.
Ada
banyak hal yang tidak dapat aku sangka darinya, ternyata dia juga humoris.
Walaupun memang sangat introvert, tapi welcome saja padaku. Katakanlah, saling
terbuka, begitu. Entah kenapa, dia tiba-tiba selalu mau tau tentangku. Tak
jarang aku juga sering berbagi banyak hal padanya, termasuk hal yang tak begitu
penting sekalipun. Aku mempercainya, dan begitupun dia juga tak pernah canggung
untuk bercerita banyak hal padaku tentang pribadinya bahkan masa lalunya, dan
ternyata yang baru ku sadari mbak vika telah menjadi masa lalu baginya. Entah
apa yang membuat mereka mengakhiri hubungannya, yang pasti aku tak terlalu
memaksa dia untuk menceritakan semuanya padaku termasuk hal yang menurutku tak pantas
dan belum siap untuk di bagi denganku. Dia hanya mengatakan, masalah prinsip
dan agama alasan mereka tak lagi menjadi sepasang kekasih seperti dahulu. Aku
tak terlalu memperpanjang pertanyaanku dalam hal itu, karna menyadari juga
bahwa tak harus kita tau semuanya tentang hati seseorang.
Di
penghujung malam, aku masih bersama penantianku untuk menunggu hatiku yang
pergi entah kemana. Penyakit rutinku tiba-tiba kumat, sesak nafas. sedang jam
sudah menunjukkan lebih dari separuh malam. Sedikit iseng, ku tulis sebuah
status di facebook untuk keadaanku malam itu yang tak dapat tidur karna nafasku
yang seperti ingin di penggal. Dan tiba-tiba kak anas yang memang waktu itu
juga tak tidur mungkin, menemani kesendirianku walaupun hanya sebatas chating
di facebook, setidaknya aku sedikit melupakan sakitku dengan ditemaninya. Meski
hanya sebatas mengurangi sakit. Suasana mengalir begitu saja, cerita banyak
hal, dan sampai juga akhirnya aku menceritakan semua masa laluku yang tidak
mengenakkan bagiku, hingga sebenarnya kambuhnya penyakitku malam itu, karna
terlalu lamanya aku tak bisa melupakan hati yang tiba-tiba di tinggalkan tanpa
alasan yang jelas. Dia seperti sandaran bagiku. Dia membiarkan aku menangis
sejadinya padanya, dan itu jujur membuatku merasa lega dan nyaman, karna memang
ku akui juga bahwa aku adalah tipe perempuan yang tak mudah berbagi pada orang
lain. Ku tumpahkan segala sesakku dalam dada, tak berharap lain, selain memang
tak ingin menyimpannya terlalu lama. Dan ku rasa sertidaknya dapat memberiku sedikit
solusi atas sikapku itu.
Semalam
suntuk tak pernah terasa kantuk. Ada hal lain yang ku rasakan dengannya setelah
menceritakan semua masa laluku yang menyakitkan. Yaitu perasaan lega. Hingga
tibalah pada waktu subuh yang mengharuskan aku untuk mengakhiri perbincangan
kita karna kewajiban yang tak dapat di tinggalkan.
“terimakasih
untuk malam ini kak, aku sedikit lega. Kakak juga jangan pernah sungkan untuk
berbagi padaku, walaupun aku tak mampu memberikanmu solusi, setidaknya aku bisa
menjadi pendengar yang baik untukmu..”
“tentu
dek. Akupun merasa beruntung di percayaimu untuk di titipi tentang itu. Ku rasa
posisimu sama denganku, walaupun beda kisah”
“maksud kakak?, ceritalah.. aku
pasti mendengarnya..” bujukku
“dasar bawel! Shalat dulu gih.. nanti
biar kakak ceritakan setelah shalat subuh..”
“hem.. baiklah jelek!”
Ya,
dengan terpaksa harus ku iyakan, walaupun rasa ingin tahuku benar memuncak.
Namun apapun alasannya, shalat tak bisa di tawar dengan apapun. Karna yang ada
di pikiranku, dia pasti akan menceritakan tentang kisahnya dengan mbak vika,
dan kurasa memang kurang masuk akal jika masalah agama adalah alasan bagi
bubarnya hubungan mereka. Toh, dia pandai dalam hal agama bukan? Bukankah akan
semakin mudah untuk dia membantunya?. Ah, entahlah.. tuhan tak mengijinkan aku
untuk berprasangka yang buruk pada orang.
Sepulang
dari masjid, kurapikan kembali mukenaku setelah mengaji sebentar. Tak sabar
rasanya ingin kembali bertukar cerita sama kak anas. Langsung ku buka hp-ku.
Disana ada satu pesan di terima. Dan mulai kubaca,
“semoga
apa yang akan aku katakan sekarang tidak akan membuatmu semakin sesak nafas.
Dan saranku, jika memang hal itu akan terjadi, sebaiknya tak usah dibaca.”
Pikiranku semakin bertambah penasaran. Ku lanjutkan membacanya,
“entahlah
apa yang aku rasakan saat bersamamu. Namun hal itu memang harus ku akui bahwa
aku merasa nyaman denganmu. Aku hanya menganggapnya sebagai ujian dari Allah,
disaat aku ingin mendekatinya kembali. Dan aku tak ingin gagal untuk kedua
kalinya dalam melewatinya seperti saat aku dengan masa laluku. Aku mencintaimu
dek. Sungguh, mencintaimu. Aku tak peduli, hatimu untuk siapa saat ini. Dan kau
tak perlu membalasnya, jika ini memang ujian dari tuhan. Memang terlalu singkat
dan cepat untuk rasa itu, aku hanya ingin mencintaimu dengan sewajarnya jika tak
bisa ku milikimu, dan tak berlebihan ketika aku dapat memilikimu”
Allahu
akbar!, aku sungguh tak percaya dengan apa yang baru saja ku baca. Secepat
itukah?, kok bisa?. Bermacam perasaan ku rasakan dalam hatiku. Semua hanya bisa
ku kembalikan pada Allah, dia sebaik-baik pelindung. Bismillah, mulai ku tulis
balasanku untuknya.
“segala
puji bagi Allah, yang telah menciptakan berbagai perasaan. Menguasai hati
manusia. Dan maha pemberi anugrah, berupa cinta yang luar biasa terhadap
hambanya. Aku menghargai perasaanmu kak, karna menyadari bahwa setiap apapun
yang terjadi pada makhluk Allah, tak pernah lepas dari segala dzat dan
rencananya. Kembalikan saja padanya, aku tak berhak atas apapun. Semoga Allah
merahmatimu dengan iman yang tebal, amien”
Sejak
saat itu, kedekatanku dengannya semakin kental. Entah apa yang telah
merekatkannya, namun seperti sudah kenal sangat lama dan begitu dekat. Walaupun
hanya sebatas komunikasi dalam handpone saja. Dan harus ku sadari juga bahwa
rasa nyaman itu memang telah berbuah menjadi rasa yang membuatku sulit untuk
mengartikannya. Cinta, mungkin saja begitu. Panggilan “jelek” dan “bawel”
memang telah menjadi panggilan yang membuatku semakin akrab saja dengannya.
Bercerita banyak hal, bercanda, bahkan saling mengingatkan ketika tiba waktu
shalat, untuk tetap istiqamah di awal waktu. Shalat duha dan tahajud bersama,
walaupun, ya memang hanya sebatas mengingatkan dari Hp saja. Aku tak pernah
melarangnya untuk menghubungi siapaun, termasuk wanita lain. Atau bahkan mbak
vika, mantan kekasihnya. Karna bagiku, jika aku jujur dan terbuka padanya, tak
mungkin dia akan berkhianat padaku. Semuanya kita serahkan pada Allah. Tak
jarang ia selalu bercerita padaku, jika misalkan ada sms dari mbak vika atau
kabar apapun darinya, ku suruh dia untuk tetapp menghormatinya sebagai orang
yang pernah dicintainya. Bersikap baik dan tetap menghargai, lebih penting
bagiku dari pada harus menghindar karna memang mbak vika masih terlalu sulit
untuk melupakan kak anas.
Tak
pernah ada cekcok antara kita, karna memang dia yang selalu mengerti dan bagi
kita, sia-sia saja jika kita luangkan waktu hanya untuk beradu emosi. Semua
mengalir dengan begitu saja. Aku merasa beruntung memilkinya, walau masih bukan
utuh untukku, tapi aku menilai dia adalah laki-laki yang baik. Meskipun ia
ceritakan semua apa yang pernah ia lakukan bersama mantannya terdahulu, namun
bagiku, selagi hamba Allah akan bertobat dan tak akan mengulangi kesalahannya.
Ku rasa tak bermasalah. Dan itu adalah sikap jujur yang tak semua orang dapat
berterus terang kepada orang yang di cintainya walaupun menyakitkan.
Selalu
saja ada yang membuatku merasa rindu dengannya, karna selain kita juga sering
bercanda, ia juga tak jarang memperlakukanku dengan begitu terhormat dan
romantis. Bahkan panggilan “jelek dan bawel” perlahan telah berubah menjadi
panggilan “sayang”. Lagi-lagi, semua mengalir saja bersama rahmat Allah.
Jujur,
memang sempat ku berniat untuk mengahafal ayat-ayat suci Allah. Dan insya Allah
telah ku hafal dua juz. Namun sudah lama ku tinggalkan. Aku menceritakan hal
itu padanya, dia menyayangkan jika aku tak lagi menambahnya. Semua hal memang
harus terbuka, dia juga demikian. Ibadah sekecil apapun, niatnya hanya untuk
mendorong dan saling memberikan motifasi satu sama lain dan tak pernah ada yang
menganggap riya’.
Ramadhan
sudah berlalu lebih dari separuh bulan. Aku melewatinya dengan semangat ibadah
yang begitu luar biasa dengannya, pun dia juga begitu. Hanya untuk menguatkan
di jalan Allah. Ku akui kesalehannya dalam beribadah kepada tuhan memang jauh
lebih baik dariku. Ku berikan beberapa motifasi, jika ia tiba-tiba merasa tak
percaya diri untuk melakukan suatu kebaikan.
“bangunlah
sayangku, betapa besar rahmat Allah malam ini. Kau harus bangun untuk
merasakannya juga. Aku begitu menikmati rahmatnya melalui bacaan Al-qur’anku
yang begitu ku rasakan, Allah benar memelukku. Malam ini, adalah malam Allah
menurunkan Al-qur’annya. Kau harus bangun untuk melanjutkan hafalanmu..”
Pesan
itu membangunkanku dari tidurku, ku lirik jam menunjukkan pukul 01:25.
Astagfirullah, aku tak ingin melewatinya. Langsung ku bangkit dari tidurku.
“terimakasih
telah membangunkanku sayang. Bagaimana aku memulainya, sedang sudah lama ku
tinggalkan Al-qur’anku? Aku begitu takut. Dan malu pada Allah” balasku dengan
penuh ketakutan.
“sayang,
tak ada yang terlambat bagi Allah. Dan ku rasa kau adalah orang pilihan Allah
untuk menitipkan ayat-ayatnya dalam dadamu. Mulailah dengan pelan. Kau tak bisa
menunda waktu lagi karna alasan takut. Aku bersamamu, shalatlah, lalu mulai
lah, bismillah, aku menunggumu. Apapun yang kau rasakan, katakanlah. Ya Allah,
berilah kekuatan untuk kekasihku agar ia bisa memeluk al-qur’anmu kembali untuk
di simpan dalm hatinya. Amien..”
Subhanallah,
betapa kata-kata itu telah menyejukkan hatiku. Aku tak dapat lagi membendung
air mataku. Aku menangis sejadinya. Jika bukan karna semangat darinya, tak
mungkin aku memilki cinta yang begitu luar biasa ini untukmu ya Allah. Dia
adalah lelaki shaleh, haram bagiku meninggalkannya dalam setiap do’aku. Aku
mencintainya karnamu. Sungguh karna Allah. Aku mensyukuri setiap hadirnya.
“subhanallah,
aku beruntung memilikimu sayang. Semoga Allah selalu merahmatimu..”balasku
“shalatlah,
Allah menunggumu. Jika kau merasakan takut, katakanlah padaku”
“baiklah..!”
Sejak
saat itu aku mulai menghafal ayat suciku yang pernah ku tinggalkan itu. Betapa
rindu-nya pada Al-qur’an, dan betapa malunya aku ketika mulai membacanya.
Al-qur’an menyambutku dengan menumpahkan kedamaian sepenuhnya pada kalbu-ku.
Aku bersyukur dengan hidayah Allah melalui-nya, aku bersyukur menjadikan malam
itu malam yang penuh dengan rahmat, yang sebetulnya memang dekat denganku. Tapi
aku enggan. Allah, jauhkanlah aku dari kemalasan dalam mengingatmu dan
kemalasan dalam mencintai al-qur’anmu yang agung ini. Aku biarkan air mataku
memenuhi wajahku, mengalir dari sudut mata sampai ke dagu. Hingga tak dapat
menahan isak tangis yang begitu menjadi, ku peluk al-qur’amn sangat erat. Malam
ini adalah malam nuzulul-qur’an tepat 17 Ramadhan. Dan ku sadari ayat tuhan
yang mengatakan; nikmat tuhan manakah yang kau dustakan? (Q.S Ar-Rahman).
Ku
tulis pesan singkat untuknya;
“sungguh,
tak dapat ku bendung lagi air mataku saat mulai ku baca kembali ayat suci yang
ku tinggalkan. Betapa ia sangat merinduiku, terlebih aku yang sangat
merindukannya. Tuhan maha dekat, dekat sekali. Aku tak ingin melewati malam
indah seperti ini. Doakanlah semoga aku istiqomah..”
Tak
berapa lama, ku terima balasan darinya;
“Alhamdulillah,
aku sangat bahagia mendengarnya sayangku. Dan kau tak perlu lagi menjauhinya
jika ia sudah kembali ke dada-mu. Aku ingin sekali merasakan nikmat seperti
itu, namun aku masih terlalu jauh dan dosa-ku terlampau banyak sehingga tuhan
menjauh dariku..”
“masya
Allah, berhentilah mengatakan begitu. Kau tak mau kufur nikmat bukan?. Kita
mendekatinya bersama. Saling mengingatkan, menyeru kebaikan, dan kita
bersama-sama menuju ridha-nya sayang” balasku kembali.
“bimbing
aku sayang, aku masih terlalu lemah”
“sama
saja kok, di mata tuhan. Sudah gih, I love you”
Ya,
seperti itu memang. Nafas-nafas kerohanian yang kerap kali kita diskusikan. Ia
terlalu merasa rendah. Dan ku pahami, karna tugasku bukan membuatnya semakin
terlantar dan merasa jauh dari tuhan. Namun aku selalu berusaha membesarkan
hatinya agar tak pernah kaku untuk menjalani nikmat tuhan, dan memesrainya
dengan pelan.
Waktu
lewat begitu saja, hingga ramadhan-ku pun akan berakhir. Hari-hari berlalu
begitu indah. Ia memahamiku jika harus ku tinggalkan untuk kesibukanku, begitupun
aku. Tak jarang selalu ku tinggal membantu ibuku membuat jajan, hingga tak
pernah ada waktu yang lama untuknya, tapi kagum-ku ia tak pernah marah, dan
protes atas waktuku yang tak banyak untuknya. Sebisa mungkin tak akan ku
lepaskan ia, kecuali tuhanku yang melakukannya.
Dengungan
takbir terdengar dari berbagai arah di penjuru dunia. Kemenangan umat islam
sebentar lagi akan tiba. Rasa bahagia yang tiada terkata, dan sedih yang begitu
mendera saat harus melepas ramadhan yang penuh dengan rahmat tuhan ini. Dan
subahanallah, hari kemenangan tahun ini sangat bertepatan dengan tanggal
lahirku, semua serba istimewa. Ku akui tuhan memanjakanku dengan nikmat-nya
berkali-kali, hingga tak tau harus memuji-nya seberapa banyak, tak pernah bosan
menyebutnya. Aku tak ingin melewati keindahan ini sebentar pun, aku ingin
selalu mendengar lantunan takbir, hingga larut malam. Atau bahkan hingga pagi
ku lakukan. Karna dari dulu aku selalu merasa bahwa orang-orang yang memilki
tanggal lahir bertepatan dengan hari kemerdekaan, sangatlah beruntung. Di
peringati oleh semua orang di Negara-ku, konsisten setiap tahun. Dan kini,
tuhan memberikan yang lebih agung untukku. ya, hari lahirku akan di jadikan
pesta oleh semua orang di dunia esok.
“sayang,
aku ingin tidur duluan sekarang. Nanti, jika kau tak tidur, bangunkan aku
sebelum tepat tengah malam” pintaku pada kak anas tanpa harus ku beri tahu
alasanku ingin bangun jam itu, mungkin ia hanya menganggapnya, akan bercumbu
dengan al-qur’anku. Tentu dia mengiyakan.
Masih
terasa hanya beberapa menit aku terlelap, aku sudah mendengar hp-ku memekik
tanda ada pesan darinya. Ku buka, dan mulai ku baca;
“rasanya
masih sangat sebentar aku berjumpa dengan ramadhan-ku. Tak sampai hati diri ini
di tinggalkannya. Karna begitu banyak rahmat tuhan yang ia limpahkan untukku.
aku tak pernah ingin kehilanganmu, karna aku hanya ingin lebih dekat dengan-nya
bersamamu. Terimakasih telah membantuku sayang..” aku tersenyum sendiri, lalu
lekas membalas pesan-nya;
“bersyukurlah
dalam setiap nikmat-nya. Jika kau masih ingin bersama-nya, masih ada kok ibadah
setelah ramadhan yang tak kalah istimewa-nya. Jika kau pun tak keberatan, aku
ingin mengajakmu puasa syawal sayang, dari esoknya lebaran. Selama enam hari.
Ini sebagai penyempurna dari puasa ramadhan kita, juga pahalanya seperti puasa
setahun”
Selang
dua menit, ia membalas;
“ah,
benarkah? Alhamdulillah.. baiklah sayang. Aku tak ingin melewatkannya. Bukan
pahala yang ku mau, namun ridha-nya. Terimakasih banyak. Aku akan tidur
sekaraang, selamat malam, assalamu’alaikum.. I love you”
Aku
terkekeh sendiri membayangkan ekspresi bahagia dari-nya. Terimakasih ya Allah,
kau telah mendekatkan kami untuk dekat denganmu. Setelah itu, aku sama sekali
tak bisa memejamkan mataku lagi. Aku tak ingin melewatkan detik-detik
bergantinya waktu untuk umur baru-ku. Ah, berarti jatah hidupku lebih dekat
lagi. Semoga husnul khatimah, dan mulai ku baca lagi al-qur’anku.
Tepat
jam 00:00, aku tak dapat lagi membendung air mataku. Aku bersyukur dalam
sujudku, tangisku pecah. Nikmat tuhan, iya. Aku tak kuasa. Dan beberapa menit
kemudian aku menerima pesan di hp-ku;
“Hari
ini usiamu berganti, tepat pada hari dimana umat muslim bertakbir. Hari dimana
dosa-dosa kita di ampuni seperti bayi yang baru lahir. Subhanallah, kebetulan
kah? Aku tak yakin ini kebetulan. Ada banyak yang istimewa di bulan ramadhan
sekarang. Aku berdo’a agar seluruh dosa-dosa kita di sucikan hari ini. Maaf aku
tak bisa memberikanmu apapun. Sejak aku berniat menghatamkan Al-Qur’an, ku
hadiahkan itu setiap aku membacanya untuk kau dan keluarga-mu juga. Hanya kado
kecil itu yang bisa ku berikan padamu melalui tuhan-ku. Semoga rahmat Allah
selalu bersama-mu. Selamat ulang tahun kekasihku, I love you..”
Semakin
tak dapat ku tumpuk air mataku, allahu akbar. Nikmat itu bergantian
menjumpaiku. Semakin tak mampu diriku. Dia adalah inspirasiku, aku mencintainya
dan sungguh tak ingin kehilangannya. Ku balas pesannya dengan tangan yang luar
biasa gemetar, tangisku masih menjadi, tak berhenti.
“allah,
bagaimana bisa aku berhenti menangis, sedang kenikmatan selalu menghampiriku.
Aku bersyukur, lebih dari segala-nya. Kado itu sangat berarti bagiku. Jatah
usiaku telah berkurang, aku ingin melewatinya bersamamu sampai kapanpun dengan
izin Allah. Terimakasih sayang..”
“jangan
menangis. Aku sudah tak bisa lagi membayangkan wajah jelek-mu kalau begitu.
Pasti jelek banget, hidiiih. Tuh kah, coba ngaca!, dasar bawel! Cengeng!”.
Hatiku merasa gereget, dia sengaja masih jail disaat seperti ini. Ya ampun..
“heh,
biarin! Jelek gini kau juga yang mencintaiku. Apa gak lebih jelek yang
mencintai? Haha.. ngaku aja deh. Kau juga sering nangis kan, ya udah lah.. diem
aja kalau masih sama. Week..?”. aku sengaja membuatnya semakin gereget, kali
ini jelas ku bayangkan wajah kesalnya saat membaca pesanku. Hahaha.. maria nisa
di lawan!, pikirku sendiri. Tersenyum sendiri, gila!
“ah,
kau ini sayang. Tak bisa ku ajak bercanda. Gak asyik ah.. ya udah deh. Mohon
maaf lahir bathin yah.. kau lanjutkan al-qur’anmu. Ya allah, jangan kau cabut
nikmat itu dari kekasihku. Amien”
Iya,
mungkin bahagiaku tak pernah dapat di lukiskan dalam bentuk apapun. Termasuk
seniman terkenal sekalipun, tak akan mampu jika di suruh untuk melukiskan
bahagiaku. Hari kemenangan kali ini begitu beda dari tahun sebelumnya. Bahagia
sekali..
*****
Ramadhan
berlau, hari kemenangan berlalu, dan kini kita sudah melaksanakan puasa syawal
bersama. Masih sama, indah dan tak jarang pula bahasa mesra itu meluncur dengan
sendirinya. Aku merasakan bagaimana perhatiannya padaku.
“aku
mencintaimu, sayang” kataku
“aku
juga mencintaimu sayang. Jangan terlalu mencintaiku ya..” balasnya. Hati ini
kaget, tak biasa ia mengatakan begitu. Apakah hatinya tak lagi untukku?.
“kenapa?”
tanyaku kecewa
“aku
hanya takut mengecewakanmu..”. baiklah, aku memang merasa terlalu penuh
memberikan hatiku padanya. Mungkin memang benar aku tak boleh berlebihan.
Alhamdulillah, kau telah menegurku melalui dia tuhan. Aku memang tak boleh
melebihi cintaku dari pada tuhanku.
“segala
puji bagi Allah, terimakasih telah mengingatkanku sayang”. Saling mengingatkan
memang sering kita lakukan. Sekali lagi aku merasa bersyukur.
Di
hari ke lima puasa syawal, hari-hari masih seperti biasa.tawa renyah itu masih
terasa. Dan bahasa-bahasa kasih juga tak pernah terlewatkan. Lepas ashar ia mengirim
pesan untukku.
“aku
pusing, aku ingin tidur sayang. Nanti pas buka puasa bangunkanlah..”
“baiklah,
tidurlah sayangku.. aku akan membangunkanmu insya allah nanti” balasku.,
memahaminya.
Beberapa
menit kemudian, setelah berbagai pekerjaanku untuk membersihkan halaman kelar,
ia mengirimkan pesan untukku. hatiku bertanya-tanya, bukankah ia masih ingin
tidur?, sebentar sekali!
“maafkan
aku sayang. Jika mengecewakanmu. Namun demi Allah, hatiku utuh mencintaimu.
Tapi waktu yang menyuruhku untuk melepaskanmu. Aku bingung, apa yang harus ku
lakukan. Dan aku memilih sendiri..”. deg! Bathinku melonjak, tak percaya dengan
pesannya. Namun tak henti ku baca istighfar untuk kembali menenangkannya.
“baiklah,
jika itu maumu. Semoga bahagia” balasku. Aneh, kenapa aku tidak marah? Kenapa
aku membiarkan ia pergi? Padahal jelas ia menyakitiku? Jelas ia mengecewakanku?
Menelantarkan cintaku yang memang untuknya?, mematahkan harapanku?,
pertanyaan-pertanyaan itu bermunculan dalam benakku. Namun ku jawab sendiri,
aku hanya ingin mengembalikannya pada Allah, jika memang itu adalah jalannya
saat ini. Walaupun keadaan ini, terus terang sangat menguras hatiku. Air mataku
ku biarkan berjatuhan begitu saja. Apa salahku?, oh tidak! aku tak boleh
mengeluh.
“kenapa
kau tak marah?, aku masih terlalu mencintaimu. Namun tak paham dengan rencana
tuhanku. Aku di buatnya bingung, dan di buatnya memilih jalan ini. Aku tak mau
kehilanganmu, namun harus ku lepaskan karna vika saat ini membutuhkanku, ia
masuk rumah sakit karna meminum obat dosis tinggi. Dan ku rasa hanya aku
satu-satunya yang bisa menolongnya”. Dia memilihnya? Sedang hatiku? Baiklah,
jika begitu. Berarti cintaku dari kemarin hanya pelarian saja baginya. Aku di
bohonginya? Aku di telantarkannya? Tak memikirkanku?. Tenanglah hati, sabarlah
disaat kau tak lagi disayangnya. Mengapa aku mengeluh? Bukankah ia lebih
membutuhkannya dariku?, aku tak boleh egois! Allah membenci orang yang mengeluh
dan tak mensyukuri nikmatnya. Ya allah, maafkan aku. Ku kumpulkan tenaga untuk
membalas pesannya.
“ku
pikir kau adalah alasan terbesarku untuk bertahan dan setia. Tapi aku salah,
allah membalikkan keyakinanku. Baiklah, aku terima. Rawatlah dia dengan sepenuh
hati, ajarkanlah ilmu agama yang baik. Dan semoga ia tak pernah mencintaimu
sebaik aku, agar tak pernah ada alasan untukmu meninggalkannya.
Assalamualaikum”.
Aku tak mengharap sms lagi darinya. Aku ingin
sendiri saja dengan air mataku. Aku biarkan dia pergi bukan aku tak
mencintainya, namun ia yang tak inginkan aku ada dalam hidupnya. Aku membiarkan
beberapa pesan yang berdatangan ke hp-ku. Untuk apa? Semua tak akan pernah
menggembirakanku. Cinta yang ku rawat dengan baik ternyata di lemahkan begitu
saja? Di suruh buang? Apa guna dia menghampiriku, lalu mencintaiku jika
kemudian untuk di tinggalkan dan memilih orang lain. Sungguh itu benar-benar
menyedihkan!. Ku kumpulkan sisa tenagaku untuk kembali bersandar pada tuhan,
walau diri ini begitu rapuh dan terluka. Buka puasa hanya dengan segelas air
putih. Shalat maghrib, mungkin saja tuhan kembali mendamaikan aku dengan belaian-nya.
Allahu akbar!. Dengan hati berdegup hebat, bismillah ku buka hp-ku yang penuh
pesan darinya.
“allah!
Aku sungguh mencintaimu. Apa guna aku bersamanya, jika hatiku untukmu. Aku tak
tau kenapa Allah begitu menghukumku disaat aku merasa telah menemukan sandaran
yang tepat untukku. aku tak tau mengapa Allah melakukan semua ini untukku.
Katakan padaku, apa sebetulnya yang kau rencanakan ya allah? Apa kau inginkan
aku kembali seperti dahulu? Apa kau inginkan aku terpuruk dan tersiksa dengan
cinta ini?. Ya, aku tau aku lemah, dan kau adalah segalanya. Kau mampu
melakukan apapun dengan kehendakmu, sedang aku? Aku akui aku tak mampu tanpamu.
Namun kenapa kau berikan cinta ini jika untuk kau suruh aku melepasnya?”.
Tangisku semakin menjadi. Namun tak ku izinkan jari jemariku membalas pesannya.
“dia
orang baik ya Allah, aku telah mengecewakannya. Kenapa kau menghukumku
sedemikian berat?. Dia perempuan terbaik yang pernah aku temui, mampu mencintai
aku dengan segala kelemahan dan dosa di masa laluku. Dia pantas mendapatkan
yang terbaik di banding aku yang penuh kehinaan ini. Namun apakah salah jika
aku memiliki cintanya, dan ingin menggenggamnya untuk selamanya?”
Di
pesan yang lain,
“kenapa
dia tidak membalas sms-ku ya allah. Aku mengkhawatirkannya. Peluk dia dengan
kasihmu, hapuslah air matanya yang suci. Jangan biarkan ia rapuh dan sungguh
air matanya adalah pukulan terberat bagiku..”
“ya,
aku tau aku bingung! Tuhan menjadikan aku berada di posisi yang sangat
memojokkan aku. Seakan ingin menjauhkan dengan rahmat-nya. Namun dia butuh
aku?. Aku tak tau apa yang akan kau
lakukan jika posisimu ada padaku, apakah kau akan bertahan dengan orang yang
kau cintai sedang jiwa orang lain terancam karna mencintaimu? Ataukan kau akan
membiarkan dia menderita dengan sakitnya?, sungguh mati sudah akalku untuk
berfikir dengan semua itu”. Terus terang, mataku sembab penuh air mata, dan
tubuhku seakan tak kuat untuk berdiri. Cintaku terlalu dahsyat untuknya. Dan
masih banyak pesan yang ia kirimkan untukku. sedang aku sama sekali tak
bergairah untuk membalasnya. Ya allah, aku rapuh karna semua ini. Namun jangan
kau biarkan aku kufur atas nikmatmu.
Di
penghujung malam, aku sudah terbiasa shalat malam dengannya. Kini aku
melaksanakannya sendiri, air mataku masih tak berhenti. Aku tak bisa
menghilangkannya begitu saja, kenangan bersama kak anas masih sangat dekat
dengan jiwaku. Ada apa dengan cintaku?.
Ya
allah, dalam sujudku aku berteriak. Jauhkan aku dari cinta yang menjadikan kau
cemburu. Sungguh, telah lumpuh segala daya-ku. Aku telah merasa bahagia
bersamanya. Namun perempuan lain lebih membutuhkannya. Ajarkan aku ikhlas yang
tak pernah bertepi. Dan sabar sedalam-salamnya yang menjadikan aku perempuan
bertaqwa.
Ya
allah, jika dengan mengikhlaskannya, kau akan lebih dekatkan aku denganmu,
menjadikanku lebih beriman, Lakukanlah!, lanjutkan rencanamu yang tak pernah
salah itu tuhan. Jangan biarkan aku mengeluh, dan tak mensyukuri segalanya.
Ya
allah, kau lihat aku sekarang yang rapuh karna kehilangannya. Ku mohon, jauhkan
aku dari cinta yang menyesatkan. Aku butuh dayamu untuk kembali menguatkan aku
rabb. Bimbinglah, amien..
Aku
menyeka air mataku dengan ujung mukenaku. Tiba-tiba terdengar suara hp-ku
merengek tanda ada sms. Mulai ku baca;
“semalam
kau tak balas sms-ku. Apakah kau baik-baik saja. Aku mengkhawatirkanmu.
Bangunlah untuk shalat tahajud..” sms dari kak anas. Aku masih enggan
membalasnya. Beberapa menit kemudian, panggilan masuk, Darinya. Ku biarkan
lagi. Maaf tuhan, bukan ingin membuatnya khawatir atau tak menghargainya. Namun
aku ingin ia cepat melupakanku, walau teramat sakit bagiku. Aku hanya inginkan
kesembuhan untuk mbak vika. Dan kak anas ada sepenuhnya untuknya.
Keesokan
pagi, semua masih sama bagiku. Hatiku masih hambar. Tak lelap mataku untuk
terpejam indah. Semua seakan menjadikanku seorang yang sangat rapuh. Tiba-tiba
terkaget, disaat mulai lelap. Semua makanan tak berpengaruh untuk
mengenyangkanku. Karna bagiku semua terasa hambar sekali. Aku hanya biarkan
diriku terdiam di kamar dengan air mataku. Aku bahkan tak bersemangat untuk
membuka dan membaca al-qur’anku. Entahlah semua telah menyulapku menjadi
seorang yang sangat rapuh, hanya berteman air mata.
“kau
baik-baik saja kah?, kak anas menyuruhku untuk menemanimu.” Pesan dari diyah,
sahabat karibku, yang kebetulan juga satu organisasi.
“aku
tak mengapa. Mungkin saja sebentar lagi gila. Jangan pernah katakan apapun
tentangku padanya” balasku.
“bersabarlah,
kak anas telah menceritakan semuanya padaku. Kau pasti bisa tanpa-nya, ku yakin
itu!”
Aku
tak bergairah, dan ku raih buku harianku yang tertidur di dipan dandanku. Aku
mulai menulis.
Rabu,
05 agustus 2015
Dear
Allah,
Tak
pernah ku tau rencanamu, namun harus ku katakana bahwa engkau sebaik-baik
pelindung. Cobaan ini harus ku sadari bahwa ternyata kau ingin mendekatkan
kembali padamu.
Allah,
Aku
tau hatiku lapuk, namun yang sangat ku yakini bahwa kau tak pernah
meninggalkanku sebentarpun. Kau berika ia hidayah untuk meninggalkanku karna
alasan ‘perempuan lain’, hamper saja aku mati menahan cintaku padanya. Jika
bukan karna dayamu aku membopong tubuhku agar bangkit kembali dan lari
sejauhnya dari masa yang ingin menjadikan aku tak berguna.
Tuhan,
Kau
biarkan ia datang, dan dengan begitu saja ku ucapkan ‘selamat datang’untuknya
karna bagiku ia adalah orang baik, insya allah. Iya, gemetar tanganku. Jantung
ini bingung entah kemana ia akan berlindung. mata yang biasa menatap cengar
binar kini telah menjadi sayu penuh dengan air mata. Air mata kepedihan dan
pengkhianatan. Kau antarkan aku pada sebuah harapan yang selalu menjadikan aku
tebawa dalam mimpi indah. Aku seperti perempuan yang begitu saja penurut dan
patuh pada tuannya.
Seperti
selalu bernafas lega saat bersamamu dan petuahmu ibarat kata yang mengalir
begitu saja dari syurga. Karna memang kau telah mengenalkan aku lebih dekat
dengan tuhan. Bahumu seakan ingin melindungiku saat kau tau hempasan angin di
musim dingin menyerangku. Namun sayang harus ku katakana bahwa semua itu adalah
dusta.
Semua
hanyalah dusta!
-Mariya
Nisa
Aku
seperti selalu ingin menyalahkan keadaanku. Dan perubahan terjadi begitu
drastis padaku. Meski semua yang telah kuistiqomahkan tidak aku tinggalkan.
Namun aku tak dapat memeluk al qur’an lagi. Lelaki itu telah meninggalkanku.
Haha.. apa yang bisa aku banggakan. Sungguh, keadaanku tak jauh dari orang yang
tak waras. Tersenyum lalu menangis sendiri. Ku tulis sebuah status di facebook.
“kau
jadikan aku laila majnun kedua. Atau kau inginkan aku menjadi seperti kahlil
Gibran yang selalu bertanya-tanya tentang kekasihnya yang jauh, tak pernah bisa
dimiliki. Pantaslah, ku rasa ini adalah jawaban tuhan atas kesenanganku pada
tokoh zainuddin. Ternyata ia ingin menjadikan aku bernasib sama sepertinya
walaupun beda kisah. Aku telah menjadi gila. Kau meninggalkanku. Siapakah yang
lebih kejam diantara kita? Aku atau dirimu?”. tak kuhiraukan beberapa orang
yang memberikan komentar atasnya. Karna aku hanya ingin menulisnya saja.
Tiba-tiba pesan datang di hpku, dari kak anas.
“iya,
ku akui. Aku yang kejam. Aku yang meninggalkanmu. Namun ini bukan mauku. Hari
ini vika masuk rumah sakit. Kondisinya sangat lemah. Aku hanya membutuhkan
doamu. Kau tak perlu melakukan apapun. Aku tak ingin engkau berharap. Karna aku
yang akan tetap berdoa pada tuhan untuk memintanya agar menjadikanmu perempuan
yang seumur hidup denganku”
Aku
benci kata-kata itu. Aku benci semua ini. Aku benci keadaanku. Aku benci!
Sangat benci!. Namun tak ku bolehkan diriku untuk menjadi orang jahat karna
mementingkan diriku sendiri. Aku masih tak ingin membalas pesannya.
“aku
bersamamu sahabatku. Apapun yang terjadi hari ini nikmati, karna ku yakin
dengan begitu tuhan akan lebih mencintaimu” pesan dari diyah.
“terimakasih
J. Aku
memang benar-benar membutuhkan semangat untuk bangkitku. Aku begitu rapuh dan
terjatuh.”
“iya
tentu. Kau harus bangkit! Semangat!. Masih banyak yang harus kau kerjakan”. Kata-kata itu hanya bisa ku
pandangi, karna tak berpengaruh baik bagiku. Aku tetap saja begini, iya begini.
Berhari-hari
aku masih dengan keadaanku yang lemah. Tak pernah lelah untuk menangis karna
memang tumpah begitu saja. Aku masih tak membalas pesan kak anas, aku hanya
takut menyakiti hati mbak vika dan kesembuhannya terhambat dan akan semakin
lama. Aku sangat kasihan pada kondisinya. Kabarnya, ia akan di operasi di bali.
Ini ku dapatkan dari kak anas beberapa waktu lalu. Aku tak pernah
meninggalkannya dalam do’aku. Meski ku tau, dia adalah alasan untuk kak anas
meninggalkanku, namun ku rasakan perasaannya sebagai perempuan.
Kepalaku
tiba-tiba selalu merasa pusing. Ada banyak hal yang menjadi tebakanku untuk hal
itu. Antara lelah, kurang istirahat, bebanku, minimal semua itu adalah jawaban
asal-asalanku. Badanku panas, serasa sekujur tubuh ini mati suri. Mata terbuka
namun tak melihat. Seingatku, sebelumnya aku masih bersama ibu. Ya, aku
pingsan. Aku sendiri tak mampu mengendalikan tubuhku yang begitu lemas. Allah,
sebegitu dalamkah rasaku hingga aku sendiri merasa mati rasa tanpanya?. Aku
telah melukai diriku sendiri dari saking tak berdayanya aku menerima kenyataan
bahwa dia bukan lagi milikku. Untuk beberapa hari aku memang perlu banyak
istirahat. Total. Mengapa menjadi seperti ini?.
*******
Di
suatu malam, lepas isya’. Setelah keadaanku mulai pulih, Aku masih dengan
kegiatanku. Yaitu mengacak-acak hp-ku sendiri. Lalu ku kirim pesan pada kak
anas.
“bagaimana
kabar mu?”
“alhamddulillah,
tuhan mendengar doaku. Aku begitu bahagia kau kembali mengirim pesan untukku
meskipun hanya sebatas menanyakan kabarku. Aku berharap, suasana seperti ini
masih bisa ku rasakan kembali di malam setelahnya. Kabarku baik, tentu karna
kedatangan kabarmu. Bagaimana kabarmu?”
“Alhamdulillah,
baik insya allah. Bagaimana kabar mbak vika?”
“kondisinya
masih lemah. Doakan saja”
“pasti.”
Jawabku singkat
“kau
tak marah padaku?” tanyanya, mulai mengungkit
“apakah
aku punya alasan untuk itu? Sedang dzat tuhan juga menyatu denganmu.”
“sungguh
suci hatimu, sayangnya tak bisa ku miliki lagi dirimu”
“tak
usahlah bahas itu”
“ya
aku tau kau akan semakin tersakiti dengan hal itu. Namun aku hanya percaya
kekauatan doa. Aku yakin tuhan mengabulkan untukku. dan aku akan selalu
menunggu waktu itu”
“aku
tak berselera lagi membahasnya. Kau jaga saja dia. Tak usah pikirkan aku”
“aku
tak akan memaksamu mencintaiku lagi, karna itu kan membuatmu semakin sakit. Aku
hanya memintamu untuk mendoakanku agar semua doaku terkabulkan. Karna di
dalamnya penuh dengan kau”
“haha..kau
meninggalkan aku disaat aku cinta-cintanya., dan kau?.. jangan bercanda. Jika
kau mencintaiku, kau tak akan meninggalkanku. Tak akan menelantarkanku. Tak
akan membuatku tersiksa. Jika sudah tau itu akan menyakitkan aku. Tentu tak
akan kau lakukan. Tapi sungguh, aku masih melindungi hati perempuan itu yang
sangat membutuhkanmu”
“aku
minta maaf atas salahku, nAmun sungguh keadaanku dalam keadaan sangat bingung.
Aku mencintaimu. Walaupun bersamanya. Hatiku bersamamu, walau aku dengannya”
kata-katanya mengganjal dalam hatiku, “mencintaiku, meski bersamanya?” sungguh,
itu bagiku adalah sikap pecundang yang berusaha melindungi dirinya sendiri.
“kau katakan kau mencintaiku, dan aku juga
merasa begitu. Aku tidak ingin kamu mencintaiku dengan kebaikanku. Karna itu
hanya akan membuatmu meninggalkanku, dengan alasan aku terlalu baik untukmu.
Aku mencintaimu dengan begitu hebatnya, tapi kau meninggalkanku dengan begitu
mudahnya. Aku akan memperjuangkan siapapun yang memperjuangkanku.”
“aku tak bisa terus-terusan begini. Apapun, aku
akan jujur pada vika bahwa aku mencintaimu”. Tak ku balas lagi pesannya. Aku
hanya ingin tetap teguh dengan keputusannya. Walau hatiku masih untuknya, namun
semua yang sudah menjadi keputusan harus di jalankan. Karna itu yang akan
menjadikan kita seorang bijaksana yang teguh pada pendirian. Bukankah, dia
meninggalkanku sudah dengan berbagai pertimbangan juga?.
“sayang,
aku sudah mengatakan pada vika tentang kita. Kita mulai dari awal. Dia tidak
marah tentang hubungan kita” pesan dari kak anas bukan semakin membuatku
bahagia. Walaupun aku memang mengharapkan hal itu terjadi lagi. Namun aku tak
bisa bayangkan bagaimana sakitnya hati mbak vika jika aku kembali dengannya
sedang keadaannya masih sakit dan lemah. Aku bukan egois, aku tak bisa hanya
mencintai diriku sendiri sedang orang lain tersakiti di balik bahagiaku. Oh
tidak!
“pantang
pohon pisang berbuah dua kali. Pantang orang yang di tinggalkan kembali lagi.
Bukankah semua itu telah kau pikirkan bulat untuk meninggalkanku. Kau harus
menghargai keputusanmu sendiri. Belajarlah professional. Dan harus kau tahu,
bahwa hatiku bukan taman bermain. Dimana kau bebas main sesukamu dan meninggalkan
begitu saja, lalu kembali. Dimana kehormatanku?”. Walaupun dengan hati yang
sangat berdebar ku kirim pesan itu. Aku masih terlalu mencintaimu kak, tapi aku
memikirkan kesembuhan mbak vika. Aku mengkhawatirkan keadaannya jika hanya
kupikirkan diriku. Biarlah, semua ku kembalikan pada yang maha punya cinta,
tuhanku. Aku membuat diriku seakan orang yang sangat membencimu. Tapi hatiku
tetap utuh untukmu. Aku hanya ingin belajar ikhlas dan sabar yang sepenuhnya,
karna rencana tuhan lebih indah di bandingkan dengan sikapku sekarang jika saja
langsung menerimamu kembali tanpa memikirkannya.
“baiklah,
terimaksih. Jika keputusanmu sudah bulat untuk melupakanku. Semoga kau dapatkan
yang lebih baik”
Aku
menangis lagi. Ya allah, aku ikuti saja alurmu. Kau pasti tahu niatku hanya
untuk kesembuhan dan kebahagiaan mbak vika. Walaupun harus kukorbankan
perasaanku. Aku akan mencintainya dengan caraku. Tak perlu memiliki. Aku
kembali membuka fb, ku periksa permintaan pertemanan, kaget! Saat ku tahu mbak
vika minta pertemanan untukku. tak langsung kuterima, karna aku takut dia
membujukku untuk kembali pada kak anas sedang dirinya membutuhkannya.
Beberapa
minggu kemudian, kuterima permintaan pertemanannya. Ku tulis pesan untuknya;
“assalamualaikum
mbak vika. Semoga Allah merahmatimu dengan kesembuhan dan kebahagiaan yang
begitu indah. Sabarlah atas setiap cobaanmu. Aku masih mendoakanmu.” Aku tak
peduli bagaimana nanti balasannya untukku, marahkah atau.. pasrah saja.
Beberapa
hari kemudian, kuterima balasan darinya;
“waalaikumsalam.
Terimakasih doamu dek. Kau tau dari mana kalau aku sakit?”. Maksudnya apa?,
bukankah kak anas telah menceritakan semuanya dan dia sudah tau, pikirku. Entahlah, apapun itu semoga tuhan
berikan yang terbaik.
Waktu
berlalu dengan begitu saja. Hatiku masih utuh miliknya. Walaupun ku tahu dia
juga merasakannya begitu dengan berbagai status di facebook-nya yang mengatakan
hatinya yang sebenarnya, dan dia juga masih peduli padaku. Namun aku harus bisa
professional.
Semakin
hari keadaanku bukan semakin baik, namun semakin terpuruk. Aku terlalu rapuh
dan tak terbiasa hidup tanpa komunikasi darinya. Aku juga meninggalkan hafalan
ayat suciku. Aku tak tau, yang pasti keluargaku turut prihatin atas keadaanku
yang katanya sudah lebih kurusan. Aku sering merindukannya, aku tak terbiasa.
Aku ingin sekali bangkit, namun begitu sulit!
Beberapa
hari ini aku sakit, tak lain karna aku yang terlalu banyak memiliki beban dalam
pikiranku. Sakit yang kualami begitu parah, karna berurusan langsung dengan
paru-paruku. Dua bulan berlalu, namun hatiku masih sangat mencintainya. Tak
peduli dia bersama orang lain dan bukan lagi milikku sekarang. Semua telah
menghilangkan akal sehatku. Aku menjadi seorang yang pelupa. Aku sering lupa
untuk hal-hal sepele. Aku hanya menghabiskan waktuku untuk menangis dalam
keadaan yang menguras hati. Sudah beberapa kali ke doketr, namun tak kunjung
sembuh.
“jangan
kau jadikan beban semua yang terjadi padamu, aku sangat menyayangimu. Kau harus
bangkit sahabatku” pesan dari diyah.
Aku
benar lemah, dan aku tak sanggup seperti ini terus menerus. Aku sudah tak
memikirkan apaun didepanku. Semua kosong, tak berguna. Apa arti hidupku sedang
hatiku tersiksa?. Aku buka fbku kembali.
“katanya
soleha, kok masih ambil milik orang lain. Dasar perempuan munafik”
Allah!
Statusnya mbak vika, benar menjatuhkanku. Aku tau itu tak secara jelas untukku.
tapi aku merasakannya, karna aku pernah berhubungan dengan kak anas. Bukankah
saat bersamaku mereka telah tak ada hubungan apa-apa? Dan bukankah saat ini
sudah ku ikhlaskan ia padanya, walaupun aku masih mencintainya. Aku bukanlah
sebaik-baik perempuan, namun aku tak sekejam itu rabb. Aku menangis.
“kenapa
jadi aku yang salah? Sedang semua ini mengalir dengan kehendak tuhan. Maafkan
aku jika munafik” kukirimkan pesanku pada diyah, berharap dia bisa memahamiku
“sabarlah,
kembalikan semuanya pada allah, tuhan tak menyuruhmu untuk membalas tuduhannya
padamu. Kau harus kuat, imanmu di uji”
Hampir
sepuluh hari, aku tak kunjung sembuh dari sakitku. Aku buka fbku kembali.
“dasar
cewek pengganggu! Tukang rebut! Kalau sudah tau milik orang jangan di rebut
dong. Cewek bermuka dua!”
Allah,
kembali statusnya mbak vika menyayatkan hatiku. Aku bukan terbaik bagimu, namun
aku tak suka dengan semua sebutan itu. Apapun yang terjadi, aku masih sangat
melarang diriku membalas tuduhannya padaku, karna mungkin saja saat ini
keadaanku yang di dzalimi olehnya, sedang bila ku balas, dan ia sakit hati,
mungkin tuhan akan murka kepadaku dan mbak vika yang akan terdzalimi, dan yang
ku tau doa orang yang terdzalimi itu di makbul oleh allah. Sabarlah, kendalikan
dirimu. jangan terburu nafsu untuk membalasnya. Jika kau balas, kau sama saja
dengannya. Bukankah allah menjadikanmu lebih baik dengan kesabaranmu. Aku
menenangkan hatiku sendiri.
****
Semakin
hari keadaanku semakin baik, tubuhku mulai pulih. Aku tau ini berkat ibuku yang
sabar merawatku. Kerap kali aku pun mendapat pesan motifasi dari beberapa
temanku. Tersering, diyah. Aku mulai membuka mataku kembali, bahwa semua peduli
padaku, setia bersamaku saat keadaanku rapuh. Ya allah, betapa banyak nikmat
yang ku lalaikan selama ini. Dan membiarkan diriku terpuruk, tak berguna. Untuk
beberapa minggu tak ku buka facebook, karna takut status-status mbak vika, akan
menggagalkan diriku yang akan mulai bangkit.
Aku
kembali menghabiskan waktuku utnuk berkumpul dengan keluargaku. Bercanda dengan
ponakanku yang lucu dan cerdas. Dan sering menghabiskan malam-malamku untuk
membaca buku. Ya, aku mulai bangkit. Bangkitku yang penting, semua yang terjadi
seharusnya menjadikan aku tetap melakukan kebaikan disaat keadaan paling sempit
dan rapuh sekalipun. Semua telah memberiakn pelajaran berharga bagiku. Aku
bahagia dengan perkembanganku.
Dan aku
kembali sibuk dengan kegiatanku yang telah lama aku tinggalkan karna libur yang
panjang, aku kembali mengajar pramuka di berbagai sekolah. Dengan ini, aku
menyadari bahwa masih banyak orang yang membutuhkanku. Dan selama itu baik,
apapun yang bermanfaat akan ku lakukan. Mulai mendalami berbagai ilmu,
mempelajari berbagai banyak hal. Dan tak jarang, bapak selalu mengajarkan aku
bagaimana berbaur dengan masyarakat luas. dengan cara membantu mereka
semampuku. Seperti sosialisasi ibu PKK dibalai desa, ikut memeriahi lomba di
desa, dan yang lainnya. Dan kusadari ini telah menjadikan aku sedikit demi
sedikit melupakan kak anas. Akupun tak lagi mengingatucapan yang terlontar dari
mbak vika, karna itu malah semakin mambangkitkan aku. Dan mengujiku apakah aku
masih mampu bertahan dengan kesabaran, atau tidak?. Apakah aku akan membalas
keburukan dengan keburukan?. Semua itu semata tuhan hanya ingin meningkatkan
imanku.
Aku
malah sering menonton acara-acara TV yang dapat menghiburku. Kartun, berbagai
kuliner sebagai pengetahuan bagiku jika sudah berumah tangga, dan bahkan acara
motifasi yang sangat membantuku untuk bangkit, setiap minggu malam. Pak Mario
teguh. sering menghabiskan waktu di perpustakaan untuk sekedar membaca buku
atau menghibur diri.. Dan pada saat itu tiba-tiba saja aku tertarik dengan buku
tentang sedekah. Dan ku bulatkan untuk meminjamnya untuk ku baca di rumah.
Aku
sudah tak lagi menunggu pesan dari kak anas. Dan mulai berkurang juga air
mataku tumpah untuknya. Aku menyadari bahwa hidup adalah sebuah pelajaran,
dimana seseorang pemenang tetap akan bertahan untuk melakukan kebaikan disaat
keadaannya di kucilkan. Dimana semuanya memberikan arti bahwa hidupku yang
sekali, hanya baik jika ku lakukan untuk membahagiakan saudara-saudaraku.
Bukankah banyak di luar sana yang lebih menderita, dan memiliki persoalan hidup
yang lebih sulit dari padaku. Di tinggal suami, kelaparan, dan anak-anak muda
seusiaku yang tak memiliki kesempatan yang indah untuk bersekolah. Atau
adik-adikku yang saat ini menangis karna di tinggal ayahnya untuk selamanya,
dan menjadi yatim? Allah, sungguh semua telah menyadarkan aku bahwa aku masih
memiliki semua yang orang lain tak punya. Segala puji bagi allah, aku
mensyukuri dan mulai merasa malu atas sikapku selama ini. Dan barangsiapa yang
tidak menghargai nikmat, maka nikmat itu akan di ambil dalam keadaan dia tidak
mengetahuinya. Na’udzubillah. Semoga kita semua di jauhkan dari sikap kufur dan
tamak.
Semua
yang terjadi menjernihkan hatiku akan arti ikhlas yang sebenarnya, dan sabar di
saat angin cacian hendak merobohkan tiang-tiang imanku. Percaya saja, bahwa
mungkin saja dia bukan terbaik. Yang penting kau telah memberikan yang terbaik,
masalah nanti akan di khianati, atau di sakiti sekalipun, bagaimana kita
menjadi seorang yang setia pada kebijaksanaan agar tak pernah membalas suatu
keburukan dengan hal yang sama. Lebih berbaik diri pada orang lain, jikapun itu
telah menjadikan kita terpuruk.
Aku
rasakan kebangkitanku, dan aku sangat mensyukurinya pada yang maha kuasa. Di
sudut malam yang dingin, tiba-tiba aku kembali mengingat kak anas, setelah
shalat tahajud, aku menangis merinduinya. Kenapa tiba-tiba aku begini? Apakah
aku akan rapuh kembali ya allah? Tak henti aku menangis, namun aku tiba-tiba
pula teringat pada buku yang dari kemarin ku baca tentang sedekah, bahwa apapun
bisa disembuhkan dengan sedekah. Atas izin allah. Dengan hati yang bersemangat,
aku ingin cepat-cepat pagi, untuk memberikan sisa uangku untuk anak yatim di
sebelah rumahku.
Pagi
tiba, ku rogoh uang di sakuku yang berjumlah sepuluh ribu, karna memang adanya
segitu. Bismillah, kuniatkan karna allah, ingin menghilangkan sedihku, dan
menyantuni anak yatimmu, ku berikan uangku itu kepadanya di saat akan ke
sekolah. Aku melihat bahagia pada rona wajahnya, matanya berbinar menerimanya.
Aku sangat bahagia, merasakan bahagianya anak itu. Ya allah, sungguh bahagia
itu sangatlah sederhana. Hanya dengan berbagi dan melihat senyum anak yatim.
Sejak saat itu pula, apabila hatiku gelisah, cepat ku lakukan trik sedekah,
jika tak ku punya uang maka dengan tenagaku dan apapun yang bisa ku lakukan.
Semata karna allah. Dan sejak itu pula aku niatkan untuk rutin bersedekah pada
anak yatim jika honor dari mengajar pramuka keluar.
Ku
nikmati waktu yang membahagiakan itu, dan ku coba buka lagi facebook-ku;
“dasar
cewek munafik. Sadar dong. Tukang rebut.” Aku hanya menghela nafas atas semua
kata-kata yang membuatku merasa tersindir. Biarlah dia berkarya dengan
bahasanya. Toh, aku juga masih punya tuhan. Dan tuhan yang berhak memvonisku
atas buruk dan baiknya perbuatanku kelak. Aku semakin tak berselera membalas ocehan-ocehan
itu. Dan status-statusnya yang memamerkan kemesraan, dan bahkan ternyata mereka
mau tunangan. Turut bahagia saja lah. Herannya, aku sama sekali tak merasa
sedih dengan kabar itu. Malah semakin menumbuhkan semangatku untuk bangkit,
karna yakin tuhan akan memberikan yang terbaik dan lebih baik dari padanya.
Status yang menyakitkan itu adalah suntikan motifasi bagiku.
Tuhan
hanya menyuruhku untuk focus berbuat baik, menyebar kebaikan dan manfaat. Maju
untuk perbaikan masa depan yang menungguku. Perbaiki diri untuk mendapatkan
pasangan yang lebih baik dan berkualitas. Percayalah bahwa semua akan terjadi
secara melingkar, kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan, begitupun
sebaliknya. Tak perlu membuang energy untuk menyiakan waktu membalas orang yang
menyakiti kita. Karna semua adalah urusan tuhan. Tugas kita adalah berbaik pada
semua orang. Sejak saat itu, aku lebih istiqomah shalat malam, shalat duha, dan
shalat wajib tepat waktu. Dan bismillah, aku mulai kembali hafalan al-qur’anku
yang sempat ku tinggalkan. Aku hanya mempersiapkan diri untuk menjadi perempuan
yang pantas dicintai, dan tak akan kusiakan siapapun yang memilikiku kelak.
Assalamu’alaikum jodohku yang ada disana. Assalamu’alaikum kalian yang
memberikan pelajaran bagiku, dan assalamu’alaikum move on!.
Semoga
bermanfa’at..! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar