Post Top Ad

Pengikut

Rabu, 19 April 2017

sastra lalu



Rindu dan benci, bagaimana bisa menepis. Aku telah jujur pada hatiku, namun tidak dengan keadaanku yang serba memaksa. Pilihan untuk jatuh cinta lagi sebenarnya tidak akan menyelesaikan rasaku.aku akan tetap mengaku bahwa aku juga rindu. Tapi dia siapa? Haha.. bangun! Dia itu tetap menjadi mimpiku. Anganku. Khayalku. Bayangku. Doaku. Bla.. bla.. bla.. blaa..
Aku rindu memeluk al QurĂ¡n dengannya. Shalat tepat waktu dengannya. Berjumpa di sepertiga malam dengannya. Shiyam dengannya. Menghafal ayat suci tuhan dengannya meski itu sulit, dia adalah..
Lelaki yang ingin kutunjukkan pada ibu, bahwa padanya aku akan baik-baik saja
Lelaki yang akan ku perkenalkan pada sahabat-sahabatku, bahwa dia adalah sosok yang ingin aku tunjukkan di hari bahagiaku..
Lelaki yang ingin ku tunjukkan pada tuhanku, bahwa dengannya aku ingin menyempurnakan separuh agamaku..
Lelaki yang ingin sekali aku berdiri di belakang shaf-nya sebagai makmum..
Tapi itu terlalu tinggi kan yah..
Tuhan itu suka yang pelan-pelan tapi pasti. Sedikit tapi istiqomah. Jika aku terus berharap, bukankah aku telah mengingkari nikmat tuhan berupa bahagiaku hari ini? Sedang ma sha Allah sekali.. yang ia beri untukku membuatku lagi, lagi dan lagi jatuh cinta..
Tuhan, temani aku yah.. dengan pelan mengikhlaskan. Dengan pelan aku kembali melangkah pada tujuan umi dan bapakku untuk menjadi perempuan shaliha sebagai tabungannya di Syurga.. aku ingin membahagiakan yang membahagiakanku. Membahagiakan yang tak bahagia. Membahagiakan yang telah bahagia. Hingga aku pantas menjadi yang paling membahagiakan untuk yang memilikiku kelak.
Kamu..
Andai selamat tinggal tak perlu ku ucapkan untukmu, maukah kau ucapkan doa untuk bahagiaku meski bukan denganmu. Yah? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar